Senin, 08 Juni 2015

Teknik & Metode Penilaian Kawasan (B)

TEKNIK & METODE PENILAIAN KAWASAN

Salah satu kompetensi yang diharapkan dalam mata kuliah ini adalah peserta didik mampu melaksanakan penilaian kawasan dengan pendekatan nilai pasar dan non pasar. Silahkan diskusikan kedua pendekatan tersebut hingga operasionalisasi beragam teknik dan metode penilaian kawasan.

32 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Kelompok 12
    Gandhi Putra Mahardhika NIM. 13222725
    Novi Ardiansyah NIM. 13222739
    Tiomarida Sinaga NIM. 13222745

    Jenis Pendekatan pada Penilaian Kawasan
    A. Pendekatan Pasar
    Pendekatan pasar adalah suatu bentuk pendekatan penilaian atas nilai manfaat dan fungsi obyek penilaian (kawasan) yang didasarkan pada harga pasar (diperoleh melalui mekanisme penawaran dan permintaan). Pendekatan pasar biasanya digunakan untuk menilai manfaat dan fungsi kawasan dalam bentuk barang dan jasa yang nilainya dapat diperoleh melaui pasar seperti nilai padi per ton, kayu per meter kubik, ikan per kg, upah pekerja per hari dsb. Pendekatan pasar terbagi menjadi tiga yaitu: (1) pendekatan produktivitas (productivity), (2) pendekatan modal manusia (human capital) dan (3) pendekatan biaya kesempatan (oportunity costs).
    Pada pendekatan pasar yang pertama yaitu pendekatan produktivitas, nilai suatu kawasan diestimasi berdasarkan nilai produksi yang mungkin dihasilkan dari kawasan yang bersangkutan. Pendekatan produktivitas memiliki beberapa metode yaitu diantaranya: (1) metode pengaruh produksi (effect of production) dimana nilai suatu kawasan dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai keseluruhan produksi yang mungkin dihasilkan suatu kawasan. Nilai produksi sendiri didapat dengan cara mengalikan hasil produksi (quality) dengan harga pasar (price) dari hasil produksi yang bersangkutan, (2) metode biaya pengganti (replacement cost method) dimana nilai suatu kawasan dapat diperoleh dengan cara menghitung biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti fungsi suatu kawasan yang terganggu atau hilang apabila kawasan tersebut mengalami kerusakan atau diubah fungsinya untuk keperluan lain. Biaya yang dikeluarkan dihitung dengan cara mengalikan jumlah komponen yang dibutuhkan (quality) sehubungan dengan fungsi pengganti dengan harga pasar masing-masing komponen yang bersangkutan (price) dan yang ke (3) metode biaya pencegahan (prevention cost expenditure method) dimana nilai suatu kawasan dapat diperoleh dengan cara menghitung biaya yang harus dikeluarkan untuk mencegah agar fungsi suatu kawasan agar tidak terganggu atau hilang. Sama halnya dengan metode biaya pengganti, biaya yang dikeluarkan pada metode biaya pencegahan dihitung dengan cara mengalikan komponen yang dibutuhkan (quality) dengan harga pasar masing-masing komponen yang bersangkutan (price), tapi komponen yang dimaksud pada metode ini adalah komponen yang dibutuhkan untuk mencegah fungsi suatu kawasan terganggu atau hilang.
    Pada pendekatan pasar yang kedua yaitu pendekatan modal manusia, nilai suatu kawasan diestimasi berkaitan dengan sumber daya manusia yang bergantung pada kawasan yang bersangkutan. Ada beberapa metode pada pendekatan modal manusia yaitu diantarannya: (1) metode pendapatan yang hilang (loss of earning method) dimana nilai suatu kawasan dapat dihitung berdasarkan jumlah pendapatan pekerja yang hilang apabila kawasan yang bersangkutan rusak atau hilang, (2) metode biaya pengobatan (medical cost method) dimana nilai suatu kawasan dapat dihitung berdasarkan biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh sejumlah populasi yang tekena dampak kerusakan atau hilangnya fungsi kawasan yang bersangkutan, dan yang ke (3) metode keefektifan biaya penanggulangan (cost of effectiveness analysis of prevention method) dimana nilai suatu kawasan dapat dihitung berdasarkan analisis biaya dengan berbagai macam alternatif lain agar fungsi kawasan yang bersangkutan dapat dipertahankan.
    Sedangkan pada pendekatan pasar yang ketiga yaitu pendekatan biaya kesempatan (oportunity cost), nilai suatu kawasan dapat diperoleh berdasarkan perhitungan besaran sejumlah kesempatan ekonomi yang hilang apabila suatu kawasan yang bersangkutan rusak atau hilang.

    BalasHapus
  3. B. Pendekatan Non Pasar
    Pendekatan non pasar adalah suatu pendekatan penilaian atas nilai manfaat dan atau fungsi obyek penilaian yang tidak didasarkan pada harga pasar. Pendekatan non pasar biasanya digunakan untuk menilai manfaat dan fungsi kawasan dalam bentuk barang dan jasa yang nilainya tidak dapat diperoleh melaui pasar seperti jasa lingkungan, oksigen yang dihasilkan, kenyamanan, biodiversitas dsb. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai suatu kawasan dengan pendekatan non pasar yaitu diantaranya: (1) metode nilai hedonis (hedonic pricing method) dimana nilai suatu kawasan dapat dihitung berdasarkan permintaan sesorang dari kualitas yang diberikan oleh kawasan yang bersangkutan, (2) metode biaya perjalanan (travel cost method) dimana nilai suatu kawasan dapat dihitung berdasarkan biaya dan waktu yang dikeluarkan seseorang untuk pergi dan atau berada pada kawasan yang bersangkutan, (3) metode perhitungan kontingensi (contingent valuation method) dimana nilai suatu kawasan dapat dihitung berdasarkan kesediaan seseorang untuk membayar (willingness to pay) dan kesediaan seseorang untuk menerima (willingness to accept) terhadap kawasan yang bersangkutan, dan yang ke (4) metode benefit transfer dimana nilai suatu kawasan dapat diperoleh dari perhitungan nilai kawasan sejenis di tempat lain yang sebelumnya telah melalui penelitian, analisis dan telaah pada unit dan jangka waktu tertentu.
    Contoh Kasus : Menghitung Nilai Kawasan Mangrove A
    Langkah pertama yaitu menginventarisasi nilai manfaat, fungsi dan potensi berdasarkan konsep nilai ekonomi total atau Total Economic Value (TEV) yang terbagi menjadi nilai berbasis penggunaan atau Use Value (UV) terdiri dari nilai guna langsung atau Direct Use Value (DUV), nilai guna tidak langsung atau Indirect Use Value (IUV) dan nilai pilihan atau Option Value (OV) serta nilai berbasis non penggunaan atau Non Use Value (NUV) terdiri dari nilai keberadaan atau Existence Value (EV) dan nilai pewarisan atau Bequest Value (BV).
    DUV = Potensi kayu komersil
    IUV = Penahan abrasi pantai
    OV = Biodiversitas
    EV & BV = Ekosistem, suasana nayaman, oksigen, sumber penghidupan
    Langkah kedua yaitu menentukan jenis pendekatan dan metode yang akan digunakan untuk masing-masing nilai.
    DUV = pasar = effect of production (EoP)
    IUV = pasar = replacement cost method (RCM)
    OV = non pasar = benefit transfer
    EV & BV = non pasar = contingent cost method (CVM)
    Menghitung masing-masing nilai dengan pendekatan dan metode yang telah ditentukan
    DUV = Kayu komersil
    sampling tegakan pohon = volume kayu (m3/ha)
    potensi kayu (m3) = volume kayu (m3/ha) x luas mangrove (ha)
    nilai kotor potensi kayu (Rp) = potensi kayu (m3) x harga kayu (Rp/m3)
    biaya tebang angkut (Rp) = potensi kayu (m3) x biaya kayu (Rp/m3)
    nilai bersih potensi kayu (Rp) = nilai kotor potensi kayu (Rp) - biaya tebang angkut (Rp)
    nilai potensi kayu (Rp/Th) = nilai bersih potensi kayu (Rp) / siklus tebang (Th)
    IUV = Penahan abrasi pantai
    Biaya pembangunan tanggul = (Rp/m) daya tahan 5 Th
    Garis pantai yang dilindungi mangrove = m
    Biaya perlindungan garis pantai (Rp/Th) = (Biaya pembangunan tanggul (Rp/m) x garis pantai yang dilindungi mangrove (m)) / 5 Th
    OV = Biodiversitas
    Nilai biodiversitas kawasan mangrove secara umum (Ruitenbeek, 1991) di indonesia sebesar US$/ha/Th atau Rp/ha/th
    Nilai biodiversitas kawasan mangrove A (Rp/th) = biodiversitas (Rp/ha/th) x luas kawasan mangrove A (ha)
    EV & BV = ekosistem, suasana nyaman, oksigen, sumber penghidupan
    Sampling responden diregresi = WTP rata-rata (Rp/ha/Th)
    Dihitung menggunakan mapple sehingga nilai eksistensi kawasan mangrove A sebesar (Rp/Th) = WTP rata-rata (Rp/ha/Th) x luas kawasan mangrove A (ha) x populasi
    TEV Kawasan Mangrove A (Rp/Th) = DUV + IUV + OV + EV + BV

    BalasHapus
  4. Kelompok 5/Kelas A
    ANGGI WIDYASTUTI (13222716)
    WAHYU SAFAR MAULIANDI (13222747)
    WAWAN SETIAWAN (13222748)
    Nilai Ekonomi Kawasan (NEK) adalah seluruh agregat nilai ekonomi (nilai langsung maupun tidak langsung, serta nilai market dan non market) kawasan dimaksud, diluar nilai properti kawasan yang dinilai. NEK tediri nilai ekonomi berbasis penggunaaan (Nilai Guna/ Use Value) dan nilai ekonomi berbasis bukan penggunaan (Bukan Nilai Guna/Non Use Value). Terdapat dua pendekatan :
    1. Pendekatan Nilai Pasar (Market Based) / Pendekatan Produktivitas
    Untuk mengukur nilai berbasis penggunaan (Use Value) yang berhubungan dengan produksi/konsumsi, disebut juga sebagai pendekatan produktivitas. Salah satu tekniknya adalah Surplus Produsen yaitu teknik penilaian tanah dengan menghitung manfaat bersih kegiatan pemanfaataan langsung pada SDA/kawasan dengan mengurangi nilai produktivitas SDA/kawasan dengan seluruh biaya produksi.
    Nilai guna langsung (DUV) adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung dari sebuah sumber daya /ekosistem. Contoh: nilai produk atau hasil dari barang dan jasa dalam suatu kawasan, nilai produktivitas atau hasil produksi suatu kawasan budidaya (pertanian dan perkebunan), kawasan atau ekosistem tertentu (hutan, daerah aliran sungai atau catchment area, mangrove, terumbu karang), serta pendapatan dari pajak dan revenue dalam suatu kawasan
    2. Pendekatan Nilai Non Pasar (Non Market Based)
    Untuk menghitung nilai berbasis bukan pemanfaatan (Non Use Value) baik nilai keberadaan, pilihan atau pewarisan tegantung SDA/kawasan yang dinilai. Metodenya antara lain :
    a. Metode Value berdasar Preferensi (Contingent Valuation Method/CVM)
    CVM merupakan pendekatan atas dasar survei. Berdasarkan pendekatan ini, dapat mengetahui preferensi konsumen serta dapat menentukan nilai barang dan jasa sumber daya alam dan lingkungan. Selanjutnya juga dapat diketahui kesediaan orang untuk membayar (Willingness to Pay) kerusakan atau pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan atau dapat mengetahui kesediaan orang untuk menerima kompensasi (Willingness to Accept) atas perubahan sumber daya alam dan lingkungan (Suparmoko,1997:320).
    CVM merupakan metode penilaian lingkungan di mana tidak terdapat nilai pasarnya. Penilaian ini umumnya mengukur WTP atau WTA pengunjung yang berkeinginan membayar atau menerima kompensasi atas kerusakan lingkungan. Penilaian atas lingkungan dikategorikan ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni eksistensi, pilihan, dan nilai perkiraan. Nilai eksistensi merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk beberapa lingkungan yang spesifik atau keindahan sumber daya alam yang akan mencegah kerusakan sumber daya alam tersebut. Nilai perkiraan merupakan nilai di mana masyarakat ikut serta dalam memelihara lingkungan. CVM akan mengkonfirmasi berapa keinginan masyarakat untuk membayar dalam keikutsertaannya memelihara lingkungan tersebut. Nilai pilihan merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk mencegah kerusakan lingkungan di masa mendatang, walaupun mereka tidak pasti apakah suatu saat nanti akan berkunjung ke tempat tersebut lagi atau tidak.

    BalasHapus
  5. Lanjutan…..
    Menurut Garrod dan Willis (1999:131) seperti dikutip dari Spash dan Hanley, tahapan dalam melakukan studi dengan menggunakan CVM adalah sebagai berikut:
    a. membuat hipotesis pasar;
    b. memperoleh jumlah WTP atau WTA;
    c. mengestimasi rerata dan median jumlah WTP dan atau WTA;
    d. mengagregatkan jumlah WTP atau WTA;
    e. menilai validitas dari CVM yang digunakan.
    CVM merupakan pendekatan yang baik untuk mengukur WTP, tetapi CVM juga memiliki kelemahan. Kelemahan utama adalah terjadinya bias. Pertama, bias yang timbul karena menggunakan strategi yang salah. Misalnya apabila dalam kuesioner dinyatakan responden akan dipungut biaya untuk perbaikan lingkungan, maka responden akan memberikan nilai yang rendah. Sebaliknya, apabila responden mengetahui bahwa hal tersebut hanya hipotesis, maka responden akan memberikan nilai yang tinggi. Kedua, bias yang timbul karena rancangan penelitian. Misalnya responden ditawari untuk melindungi kawasan wisata alam dengan menaikkan harga tiket masuk pengunjung, maka responden akan memberikan nilai WTP yang rendah daripada jika alat pembayaran dilakukan dengan cara lain (Fauzi, 2006:226)
    f. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM)
    Untuk menghitung Direct Use Value (DUV) kawasan tertentu yang mempunyai keunikan/daya tarik pengunjung. Metode biaya perjalanan merupakan metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Metode ini diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Harold Hotelling pada tahun 1931, yang secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice tahun 1958 serta Jack Clawson dan Marion Knetsch pada tahun 1966. Metode biaya perjalanan merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi di alam terbuka (outdoor recrational value) dari suatu lokasi atau obyek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar, dengan mengasumsikan bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menanggung biaya ekonomi dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat (Sobari ,2008:3).
    Menurut Fauzi (2010:216) seperti yang dikutip dari Haab dan McConnel, untuk dapat menerapkan Travel Cost Method dan hasil penilaian yang diperoleh tidak bias maka fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar sebagai berikut:
    1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.
    2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas atau disutilitas.
    3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips).
    Menurut Bulov (2007:24) seperti yang dikutip dari Garrod dan Willis biaya perjalanan individu dapat diestimasi sebagai berikut:

    Vij = f (Pij + Tij + Qi + Sj + Yi)
    Keterangan:
    Vij = jumlah kunjungan yang dilakukan individu i ke tempat j
    Pij = biaya perjalanan individu i pada saat mengunjungi objek wisata j
    Tij = biaya waktu individu i akibat berkunjung ketempat j
    Qi = kualitas tempat rekreasi i;
    Sj = subtitusi dari tempat rekreasi j
    Yi = pendapatan individu i

    BalasHapus
  6. Lanjutan 2....
    Meskipun dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, TCM memiliki beberapa kelemahan. Pertama, TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini, tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurpose visit), padahal dalam kenyataannya seorang wisatawan bisa saja mengunjungi tempat wisata lain terlebih dahulu sebelum ke tempat wisata yang dimaksud. Kedua, TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur (holiday makers) dan mereka yang datang dari wilayah setempat (resident). Ketiga, masalah pengukuran nilai dari waktu (time cost). Waktu yang menjadi utilitas harus dibedakan dengan waktu yang menjadi pengorbanan. Jika time cost dihilangkan maka nilai ekonomi akan menjadi underestimated. Hingga saat ini belum ada konsensus tentang pengukuran time cost. Bin et al., dalam Tuffour (2008: 8) menyatakan nilai time cost adalah sebagai berikut: Time Cost = 1/3 upah per jam kerja.
    g. Metode Nilai Pendekatan Produktivitas (Effect On Production Approach/EoP)
    Memandang SDA sebagai input produk akhir yang kemudian digunakan oleh masyarakat luas. Teknik valuasi EoP yang digunakan dalam buku Materi Workshop Nasional Tentang Politik dan Kebijakan Penilaian Tanah dan Aset Pertanahan adalah teknik yang disebut Analisi Ekologi-Ekonomi.
    Langkah-langkah penilaian EoP dengan Analisis Ekologi-Ekonomi :
    a. Identifikasi kawasan dan hitung luas kawasan.
    b. Identifikasi hasil produksi kawasan,
    c. Identifikasi dan hitung upaya/biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk.
    d. Hitung nilai ekologi-ekonomi kawasan.

    BalasHapus
  7. KELOMPOK 13
    1. Arief Yulianto (13222718)
    2. Gede Wira Utama (13222726)
    3. Muhamad Roni (13222734)

    Sebelumnya akan dibahas mengenai pendekatan nilai pasar dan non-pasar. Pendekatan nilai pasar adalah suatu penilaian yang didasari pada transaksi pasar sebagai suatu indikator. Dalam artian harga pasar adalah hasil interaksi antara konsumen dan produsen terhadap supply and demand barang/jasa untuk setiap satuan unitnya, misal kayu/m3, padi/ton dll. Berbeda halnya dengan pendekatan berbasis non-pasar, adalah menilai barang/jasa yang tidak diperdagangkan di pasar sehingga tidak memiliki harga pasar. Adapun penilaian yang dilakukan di sini adalah menilai keberadaan, keindahan, kenyamanan, dsb yang diperoleh dengan adanya barang/jasa tersebut (Fakultas Kehutanan IPB, 1999).


    Pengertian CV
    Salah satu metode penilaian dengan pendekatan non-pasar adalah Contingent Valuation (CV). Menurut Adrianto (2006), Valuasi kontingen adalah metode mengestimasi nilai yang diberikan oleh individu terhadap sesuatu barang/jasa. Penilaian dengan menggunakan teknik CVM dilakukan untuk fungsi barang/jasa yang tidak ada dalam struktur pasar (non-marketed goods and services). Barton (1994) menyebutkan bahwa CV digunakan pada kondisi dimana masyarakat tidak mempunyai preferensi terhadap suatu fungsi barang karena tidak ada dalam sistem pasar. Contoh : mengestimasi nilai keberadaan suatu hutan kota (non-marketed goods). CV menduga nilai keberadaan melalui artificial/hyphotetical market dengan metode survey terhadap unit populasi tertentu untuk mengetahui willingness to pay (WTP) atau willingness to accept (WTA). Dengan demikian “survey” menjadi metode riset utama dalam valuasi ekonomi dengan menggunakan teknik CV. Metode survey adalah pengamatan dan penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di daerah atau lokasi tertentu seperti Jumlah contoh (sampel), dan Teknik pengambilan contoh (sampel).

    Tahapan:
    Langkah 1. Identifikasi karakteristik target populasi
    a. Menentukan target kelompok populasi
    b. Identifikasi apakah target populasi homogen atau heterogen.
    Langkah 2. Mendesain kuisioner CV
    a. Disesuaikan dengan tujuan survey CV
    b. Disesuaikan dengan biaya, waktu dan tenaga yang tersedia
    Langkah 3. Tabulasi dan analisis data deskriptif hasil survey
    a. Tabulasi data sesuai dengan parameter peniting yang telah ditetapkan
    b. Melakukan analisis deskriptif terhadap parameter penting yang telah ditetapkan
    Langkah 4. Menghitung WTP/WTA hasil survey
    a. Membangkitkan model regresi WTP/WTA
    b. Mengestimasi WTP/WTA
    c. Apabila diperlukan dilakukan analisis sensitivitas
    Langkah 5. Pelaporan hasil survey CV
    a. Penyusunan laporan survey CV
    b. Penyajian hasil survey CV

    Target CV:
    1. User Groups
    Individu/kelompok yang terkait langsung dengan pemanfaatan obyek yang sedang diteliti, misal nelayan, pembudidaya ikan, pelaku wisata bahari.
    2. Non-user groups
    Individu/kelompok yang tidak terkait langsung dengan pemanfaatan obyek yang sedang diteliti, misal: pemerintah, pedagang, pengolah ikan.

    Contoh Perhitungan
    Dari hasil pengumpulan data responden diperoleh fungsi sebagai berikut :
    Dengan menggunakan analisis regresi sederhana, akan diperoleh nilai rata-rata WTP (X) dan koefisien regresi (β) yang akan dimasukkan dalam persamaan linear sebagai berikut:

    Y=β0+β1*X1+β2*X2+....+βn*Xn
    Keterangan :
    Y= WTP terestimasi (Variabel tetap)
    β = Koefisien regresi
    X=Rataan Parameter

    WTPt=-5.2333+0.0197INCt+0.6345EDUt-0.3978DISTt-0.5648PERCt
    INC=12000000 -> EDU = 7 -> DIST 1000 = 1000 -> PERC=4


    WTPt dapat diestimasi dengan memasukkan nilai-rata-rata variabel model di atas misalnya : 236009.62
    Dengan total populasi yang terkait dengan obyek valuasi sebesar 27510 orang, maka total nilai obyek adalah :

    TBt = WTPt * Pt
    TBTt= 236.009,62 * 27.510 = Rp 6.492.624.525,16

    BalasHapus
  8. Lanjutan Kelompok 13

    Keunggulan CVM
    1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting
    2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan
    3. CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna.
    4. Kapasitas CVM dapat menduga “nilai non pengguna”. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara.

    Kelemahan CVM
    1. Strategis bias muncul dari ketidakjujuran responden
    2. Informatin bias muncul karena kurang lengkapnya informasi yang ditawarkan oleh pewawancara kepada responden.
    3. Instrument bias muncul dari reaksi subjek survey pada alat pembayaran yang dipilih atau pilihan yang ditawarkan.
    4. Hypotetical bias muncul karena kenyataan yang tidak riil dimana subjek tidak menanggapi proses survey dengan serius. Starting point bias muncul pada kasus permintaan penawaran salah satunya sebagai akibat terlalu lama dan panjang dalam proses wawancara.

    BalasHapus
  9. Kelompok 7
    Mustal visi (13222737)
    Revita kanasari (13222743)
    Wisnu ardiansyah (13222749)
    Penilaian kawasan dapat dilakukan dengan pendekatan nilai pasar dan non pasar.
    Pendekatan Nilai Pasar (Market Based)/PendekatanProduktivitas, untuk mengukur nilai berbasis penggunaan (Use Value) yang berhubungan dengan produksi/konsumsi. Salah satu tekniknya adalah surplus produsen yaitu teknik penilaian tanah dengan menghitung manfaat bersih kegiatan pemanfaatan langsung pada SDA/kawasan dengan mengurangi nilai produktivitas SDA/kawasan dengan seluruh biaya produksi.
    Pendekatan Nilai Non Pasar (Non Market Based), untuk menghitung nilai berbasis bukan pemanfaatan (Non Use Value) baik nilai keberadaan, pilihan atau pewarisan tergantung SDA/kawasan yang dinilai. Metodenya antara lain :
    Metode Value berdasar Preferensi (Contingent Valuation Method/CVM), untuk mengukur nilai SDA berdasarkan estimasi seseorang, dengan survey tentang keinginan/kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay/WTP) tehadap SDA/kawasan.
    Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM), untuk menghitung Direct Use Value (DUV) kawasan tertentu yang mempunyai keunikan/daya tarik pengunjung.
    Metode Nilai Pendekatan Produktivitas (Effect On Production Approach/EoP), memandang SDA sebagai input produk akhir yang kemudian digunakan masyarkat.
    Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM)
    Metode Biaya Perjalanan atau TCM (Travel Cost Method) digunakan untuk mengestimasi nilai yang berhubungan dengan ekosistem seperti sumber daya hutan, taman umum, danau dan pantai yang digunakan sebagai tempat rekreasi. Asumsi yang mendasari metode biaya perjalanan adalah pengeluaran biaya atas waktu dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh seseorang untuk mengunjungi lokasiwisata. Jumlah uang tersebut mencakup biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dokumentasi, tiket masuk dan lain-lain yang relevan. Jadi kemauan untuk membayar (willingness to pay) seseorang untuk mengunjungi tempat wisata dapat diestimasi berdasarkan jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan yang berbeda. Kesediaan membayar tersebut menjadi dasar untuk mengetahui permintaan terhadap tempat wisata. Besarnya permintaan (demand) inilah yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi kawasan suatu wisata.
    Metode TCM ini berdasarkan riil perilaku dan kesimpulannya dapat digambarkan dari sampel yang relative kecil, sedang kelemahan dengan menggunakan biaya perjalanan adalah hanya menghitung nilai manfaat dan tidak menghitung nilai bukan pemanfaatan.
    Beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan agar penilaian terhadap sumber daya alam tidak bias melalui metode ini, antara lain waktu perjalanan bersifat netral, serta biaya perjalanan merupakan biaya tunggal.
    Beberapa langkah dalam penilaian dengan metode TCM :
    Menentukan objek sumber daya alam yang akan dinilai
    Pengambilan sampling di kawasan yang akan dinilai, dengan memperhatikan data kunjungan rata-rata per tahun.
    Metode pengumpulan data yang digunakan :
    Data primer, diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden yang datang berkunjung. Informasi yang ingin diperoleh antara lain : identitas responden, pendapatan responden, waktu dan jarak yang diperlukan untuk perjalanan (pergi – pulang), dan biaya yang dikeluarkan selama melakukan kunjungan.
    Data sekunder, berasal dari kantor-kantor pemerintah dan instansi terkait, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Data-data yang dikumpulkan antara lain : jumlah kunjungan wisatawan per-periode, jumlah dan nama lokasiwisata di sekitarnya, serta gambaran umum lokasiwisata yang akan di nilai tersebut.

    BalasHapus
  10. Lanjutan 1
    Dalam penelitian ini diteliti nilai ekonomi kawasan yang variabel penelitiannya terbatas pada nilai penggunaan tidak langsung berupa nilai wisata alam dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan masyarakat membayar manfaat dari keberadaan tempat wisata tersebut.
    Variabel-variabel yang digunakan diperoleh pada saat pengumpulan data antara lain :
    Jumlah kunjungan di tahun penelitian
    Kunjungan (variable dependen), jumlah kunjungan wisatawan beberapa bulanterakhir.
    Biaya perjalanan (variable independen), jumlah biaya yang dikeluarkan selama perjalanan wisata.
    Biaya perjalanan (variable independen), jumlah biaya yang dikeluarkan ke obyek wisata alternatif.
    Pendapatan (variable independen), pendapatan pengunjung.
    Jarak (variable independen), jarak tempat tinggal pengunjung ke kawasan wisata.
    Umur (variable independen), umur pengunjung.

    Metode biaya perjalanan ini menduga nilai ekonomi sebuah kawasan wisata berdasarkan penialain yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung ke sebuah obyek wisata, baik itu opportunuty cost maupun biaya langsung yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, dan hotel (Ward et.al. 2000 dalam Raharjo, 2002). Metode biaya Perjalanan atau travel cost merupakan hasil dari penilaian riil dari kondisi nyata dan kesimpulannya dapat digambarkan dari sampel yang relatif kecil serta biayanya yang relatif murah. Namun metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu : TCM berasumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi suatu tempat wisata, TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan wisatawan luar maupun diomestik, pengukuran nilai dari waktu.

    BalasHapus
  11. KELOMPOK IV
    1. ARGA YUGAN DARU (13222717)
    2. SETYABELLA PRIMA PUTRI (13222744)
    3. YULIRISWANDY (13222751)

    Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi dan atau aspek/pengamatan fungsional tertentu. Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (suatu kawasan tertentu) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu akan terjadi keragaman nilai dari suatu kawasan berdasarkan pada persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda. Nilai suatu kawasan itu sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai dari kawasan tersebut. Hal tersebut mungkin berbeda dengan persepsi masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan yang dinilai dan tidak menerima manfaat secara langsung.

    Menurut Hufscmidt, et al., (1992) secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi suatu sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi bukan pasar.
    1. Analisis pasar (market analysis) adalah analisis tradisional yang digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengidentifikasi pengaruh langsung dan tidak langsung dari pengeluaran. Meskipun teknik ini dapat dengan mudah mengukur dampak ekonomi dari manfaat suatu sumber daya alam, tapi teknik ini tidak dapat mengungkapkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh sumber daya alam tersebut. Metodenya antara lain :
    a. metode dampak produksi
    b. metode respon dosis
    c. metode pengeluaran preventif
    d. metode biaya pengganti.
    2. Analisis bukan pasar (non market analysis) dapat mengungkapkan nilai dan manfaat yang tidak dapat dilakukan oleh market analysis. Valuasi ekonomi non market dari barang dan jasa yang nilainya tidak dapat diperoleh melaui pasar seperti jasa lingkungan, oksigen, kenyamanan, dll. Metodenya antara lain :
    a. metode valuasi kontingensi
    b. metode biaya perjalanan
    c. metode biaya properti
    d. metode biaya pengobatan

    Dibawah ini akan dijelaskan aplikasi metode valuasi ekonomi menggunakan metode dampak produksi.

    Metode Dampak Produksi.
    Metode ini menghitung manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu kebijakan. Metode ini menjadi dasar pembayaran kompensasi bagi masyarakat untuk tujuan tertentu, misalnya kompensasi bagi petani yang tanahnya difungsikan ataupun dialihkan untuk tujuan pembangunan.

    Aplikasi Metode Dampak Produksi (Nilai Ekonomi sebagai penghasil komoditas pertanian)

    Rumus:
    Nilai Ekonomi Produksi Tanaman (NEPT)
    NEPTij = NPTij – BPTij
    NEPTij = Nilai ekonomi produksi tanaman (Rp/thn)
    NPTij = Nilai produksi tanaman ke-i (Rp/thn)
    BPTij = Biaya produksi tanaman ke-i (Rp/thn)

    BalasHapus
  12. LANJUTAN KELOMPOK IV
    Nilai Produksi Tanaman (NPT)
    NPTij = PRTij x HPi x LS
    NPTij = Nilai produksi tanaman ke-i (Rp/thn)
    PRTij = Produk rata2 tanaman jenis-i pada unit lahan-j (ton/ha)
    HPi = Harga per jenis produksi ke-i (Rp/kg)
    LS = Luas sawah seluruh unit lahan (ha)
    i = Jenis tanaman pada setiap unit lahan
    J = Unit lahan sawah

    Biaya Produksi Tanaman (BPT)
    BPTij = IRTij x HIi x LS
    IRTij = JITi / LSj
    BPTij = Biaya produksi tanaman ke-i (Rp/thn)
    IRTij = Input rata2 tanamanjenis-i pada unit lahan-j (kg/ha)
    JITi = Jumlah input produksi tanaman jenis-i (kg)
    LSj = Luas sawah pada unit lahan-j (ha)
    HIi = Harga per jenis input produksi ke-i (Rp/kg)
    LS = Luas sawah seluruh unit lahan (ha)
    i = Jenis input produksi pada setiap unit lahan
    J = Unit lahan sawah

    Contoh:
    Nilai Ekonomi Produksi Padi
    NEPTij = NPTij – BPTij
    Nilai Produksi Tanaman Padi (NPT)
    NPTij = PRTij x HPi x LS
    PRTij = 5,81ton/ha
    HPi = Rp 4.300/kg)
    LS = 1.625 ha
    JPTi = 9.228 ton
    PRTij = (5,81ton) x (4.300) x (1.625 ha) = Rp. 40.597.375

    Biaya Produksi (Pupuk Urea) untuk Tanaman Padi(BPT)
    BPTij = IRTij x HIi x LS
    IRTij = JITi / LSj
    BPTij = Biaya produksi tanaman ke-i (Rp/thn)
    IRTij = 254,67 kg Urea/ha
    JITi = 430,63 ton Urea
    HIi = Rp 10.000 /kg
    LS = 1.625 ha
    BPTij = (430,63 ton) x (Rp 10.000) = Rp 4.306.300

    Sehingga Nilai Ekonomi Produksi Padi
    NEPTij = (Rp. 40.597.375) – (Rp 4.306.300) = Rp 36.291.075

    BalasHapus
    Balasan
    1. KOREKSI
      Contoh:
      Nilai Ekonomi Produksi Padi
      [ NEPTij = NPTij – BPTij ]

      Nilai Produksi Tanaman Padi (NPT)
      [ NPTij = PRTij x HPi x LS ]
      PRTij = 5,81ton/ha = 5810 kg/ha
      HPi = Rp 4.300/kg
      LS = 1.625 ha
      JPTi = 9.441 ton
      NPTij = (5810 kg/ha) x (Rp. 4.300/kg) x (1.625 ha) = Rp. 40.597.375

      Biaya Produksi (Pupuk Urea) untuk Tanaman Padi(BPT)
      [ BPTij = IRTij x HIi x LS ]
      IRTij = JITi / LS
      JITi = 430,63 kg Urea
      HIi = Rp 10.000 /kg
      LS = 1.625 ha
      BPTij = (430,63 kg)/(1,625 ha)x(Rp 10.000/kg)x(1.625 ha)
      =(430,63 kg) x (Rp. 10.000/kg) = Rp 4.306.300

      Sehingga Nilai Ekonomi Produksi Padi
      NEPTij = (Rp. 40.597.375) – (Rp 4.306.300) = Rp 36.291.075

      Hapus
  13. KELOMPOK VIII
    1.AGUSTINUS NURJATI C. NIM.13222714
    2.ANDI MUH.RIZKI NIM.13222715
    3.DIMASWARI SEFRIZAL NIM.13222722
    Penetapan nilai ekonomi total dapat dilakukan dengan pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatan harga pasar dapat dilakukan melalui pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregone earning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost). Sedangkan pendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensi masyarakat (non-market method). Beberapa pendekatan non pasar yang dapat digunakan antara lain adalah metode nilai hedonis (hedonic pricing), metode biaya perjalanan (travel cost), metode kesediaan membayar atau kesediaan menerima ganti rugi (contingent valuation), dan metode benefit transfer.
    Namun pada kesempatan ini, kelompok kami hanya akan mencoba memaparkan mengenai pendekatan harga pasar dengan metode pendekatan pendekatan non pasar dengan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method/TCM).

    • Metode Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost)
    Pendekatan ini menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada obyek-obyek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan dan waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk menuju obyek wisata itu dianggap sebagai nilai lingkungan yang dibayar oleh para wisatawan. Dalam suatu perjalanan, orang harus membayar “biaya finansial” (financial costs) dan “biaya waktu” (time cost). Biaya waktu tergantung pada biaya kesempatan (opportunity cost) masing-masing.
    Pendekatan biaya perjalanan diterapkan untuk valuasi SDA, terutama sekali untuk jasa lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi. Di samping itu, pendekatan ini dipakai pula untuk menghitung surplus konsumen dari SDA yang tidak mempunyai pasar.
    Pendekatan teknik ini dilakukan melalui pertanyaan yang difokuskan pada peningkatan biaya perjalanan sebagai pasar pengganti. Pendekatan ini menggunakan harga pasar dari barang-barang untuk menghitung nilai jasa lingkungan yang tidak diperdagangkan melalui mekanisme pasar.
    Nilai atau harga transaksi merupakan kesediaan seseorang untuk membayar terhadap suatu komoditi yang diperdagangkan dengan harapan dapat mengkonsumsinya dan mendapatkan kepuasan darinya. Kegiatan rekreasi alam, budaya, atau sejarah, merupakan contoh untuk penerapan pendekatan ini. Biasanya biaya yang dikeluarkan untuk membayar tarif masuk tidak sebanding dengan manfaat atau kepuasan yang diterima oleh pemakai. Sehingga untuk menghitung nilai total dari surplus konsumen dilakukan melalui perhitungan kurva permintaan dari pemanfaatan tempat rekreasi tersebut secara aktual.
    Kurva permintaan yang dibentuk menunjukkan hubungan antara biaya perjalanan dan jumlah kunjungan diamsumsikan mewakili permintaan untuk rekreasi. Dalam hal ini diamsumsikan bahwa biaya perjalanan mewakili harga rekreasi dan jumlah kunjungan mewakili kuantitas rekreasi. Hubungan ini ditunjukkan melalui perhitungan oleh program regresi sederhana yang dapat dilakukan oleh alat hitung atau program spreadsheet.
    Pendekatan biaya perjalanan dalam prakteknya berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya. Kawasan wisata diidentifikasikan, dan kawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik, semakin jauh jaraknya akan menunjukkan biaya perjalanan yang makin tinggi. Survei terhadap para pengunjung kawasan wisata kemudian dilakukan pada tempat rekreasi untuk menentukan zona asal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan berbagai karakteristik sosial ekonomi lainnya.

    BalasHapus
  14. LANJUTAN KELOMPOK VIII

    Tahapan pelaksanaannya:
    1. Membuat kuesioner untuk survey.
    2. Menentukan responden dengan memastikan bahwa perjalanan dimaksudkan harus merupakan tujuan utama dari responden, apabila tidak, maka tidak dapat diikutkan dalam penghitungan.
    3. Mengidentifikasi dan membagi tempat rekreasi dan kawasan yang mengelilinginya ke dalam zona konsentrik dengan ketentuan semakin jauh dengan tempat rekreasi semakin tinggi biaya perjalanannya.
    4. Melakukan survei dengan menentukan zona asal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan dan berbagai karakteristik biaya ekonomi.
    5. Setelah dilaksanakan survei dengan memberikan pertanyaan langsung pada responden (para pengunjung kawasan wisata) mengenai rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata kawasan X, data di entry dalam Excel untuk dilakukan analisis. Adapun data yang diambil yaitu:Data Primer yaitu Frekuensi Kunjungan (V),Biaya perjalanan (Total Cost (TC)),Umur (AGE),Pendidikan (EDU),Pendapatan (INCO), Lama Kunjungan (DUR),Alternatif Lokasi (OPT),Jumlah Keluarga (FAM) dan lainnya. Data Sekunder yaitu Populasi Penduduk dan Luas Kawasan.
    6. Merubah data-data yang berbentuk tekstual ke dalam angka,salah satu contohnya besarnya biaya yg dikeluarkanperorang per kunjungan dalam bentuk Rupiah.
    7. Hitung rata-rata dari masing-masing variabel.
    8. Mentransformasi data non linear menjadi data linear. Caranya data dasar yang sudah berbentuk angka di linierkan dengan mengetikan formula ”=LN(number)”.(jika dikerjakan menggunakan Microsoft Excel)
    9. Meregresi tingkat kunjungan dengan biaya perjalanan dan berbagai variabel ekonomi lainnya.
    10. Memasukkan koefisien hasil regresi ke dalam model Permintaan TCM dan masukan juga nilai rata-rata dari data primer.
    11. Untuk menghitung nilai keberadaan kawasan tersebut dapat menggunakan software Maple.

    Kelebihan Metode TCM :
    1. Metode yang lebih mendekati teknik empirik untuk memprediksi nilai ekonomi yang didasarkan pada tingkah laku yang nyata atas apa yang dilakukan.
    2. Metode yang relative tidak mahal untuk dilaksanakan.
    3. Metode yang hasilnya lebih mudah diiplementasikan dan dijelaskan.
    Kelemahan Metode TCM :
    1. Metode ini mengasumsikan bahwa pengunjung sebagai tujuan utama sehingga jika pengunjung memiliki beberapa tujuan, maka akan menyebabkan overestimate.
    2. Akibat adanya tempat subtitusi atau lokasi wisata yang lain akan membuat model menjadi kompleks.
    3. Penduduk yang tinggal di sekitar tempat wisata mempunyai kepentingan yang tinggi terhadap tempat wisata tersebut, sehingga mereka akan memberikan nilai yang tinggi menyebabkan penilaian menjadi tidak obyektif.

    BalasHapus
  15. Tulisan yang sangat bagus, memberikan pencerahan dan inspiratif....
    masih ditunggu partisipasi kawan2 yg lain....terimakasih

    BalasHapus
  16. Kelompok V :
    1. La Ode Syafruddin NIM. 13222731
    2. M. Rendy Oktaresi NIM. 13222736
    3. Ni Luh Gede Maytha Puspa Dewi

    Metode Penilaiaan Kawasan Hedonic Pricing
    Secara umum, metode penilaian kawasan dapat dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan pasar dan pendekatan non-pasar. Kelompok V akan menjelaskan mengenai metode pendekatan non-pasar dengan Hedonic Pricing. Sebelumnya, metode pendekatan non-pasar sendiri dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pertama, metode penilaian yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay (WTP) terungkap melaui model yang dikembangkan atau teknik yang mengandalkan revealed WTP. Beberapa metode yang termasuk revealed WTP adalah Travel Cost, Hedonic Pricing dan Random Utility Model. Kedua, metode penilaian yang didasarkan pada survey di mana WTP diperoleh langsung dari responden dan langsung diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknk yang termasuk dalam metode ini adalah Contingent Valuation Method dan Discrete Choice Method.

    Metode Penialian Hedonic Pricing
    Metode ini merupakan metode kedua setelah pendekatan dengan harga pasar untuk menilai kualitas lingkungan, karena seringkali ditemui keadaan yang sangat sulit untuk mendapatkan harga pasar ataupun harga alternatif. Namun dengan pendekatan nilai barang pengganti (substitusi) maupun nilai barang pelengkap (komplementer), diusahakan menemukan nilai pasar bagi barang dan jasa yang terpengaruh oleh barang dan jasa lingkungan yang tidak dipasarkan. Dengan menggunakan harga barang substitusi atau barang komplementer, nilai lingkungan yang tidak dipasarkan itu dapat diperkirakan. Seringkali nilai kesenangan yang diberikan lingkungan seperti udara yang bersih, pemandangan yang indah menjadi faktor penting dalam penentuan harga rumah.
    Misalnya kualitas lingkungan mempengaruhi keputusan untuk pembelian sebuah rumah, dan harga rumah juga dipengaruhi oleh jasa atau guna yang diberikan oleh kualitas lingkungan yang ada. Jadi harga sebuah rumah ditentukan oleh lokasi, mudah tidaknya dicapai, keadaan dan sifat lingkungan sekitar, dan kualitas lingkungan alami.
    Metode ini dikenal juga sebagai metode nilai properti (property value method). Metode ini merupakan suatu teknik penilaian lingkungan berdasarkan atas perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah. Dengan asumsi bahwa perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Untuk mendapatkan harga didasarkan atas kesanggupan orang untuk membayar (willingness to pay) lahan atau komoditas lingkungan sebagai cara untuk menduga secara tidak langsung bentuk kurva permintaannya sehingga nilai perubahan kualitas lingkungan tersebut dapat ditentukan.

    BalasHapus
  17. Lanjutan Kelompok V...

    Tahapan pelaksanaannya :
    1. Responden mengetahui dengan baik tentang karakteristik properti yang ditawarkan dan mempunyai kebebasan untuk memilih alternatif lain tanpa ada kekuatan lain yang mempengaruhi.
    2. Responden harus merasakan kepuasan maksimum atas properti yang dibelinya dengan kemampuan keuangan yang dimiliki (transaksi terjadi pada kondisi equilibrium).
    3. Menanyakan Willingness to Pay (WTP) responden sebagai kesatuan atas pengaruh variabel harga struktural (bentuk, ukuran, luas, dan lain-lain) dan variable kualitas lingkungannya.
    Lingkup penerapan Hedonic Pricing relatif terbatas, misalnya keuntungan adanya fasilitas rekreasi atau kesenangan yang diperoleh penghuni lokasi tertentu karena peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya. Teknik ini pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya pembangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap, mereka mau membayar lebih untuk rumah yang berada diarea dengan kualitas lingkungan yang baik, dibandingkan dengan rumah yang sama pada 17 tempat lain yang kualitas lingkungannya buruk. Dapat dikatakan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan seperti adanya pencemaran maka nilai properti, dalam hal ini adalah rumah, akan semakin menurun. Situasi sebaliknya yaitu jika semakin baik kualitas lingkungan maka nilai properti akan semakin mahal.
    Terdapat 3 faktor utama yang berperanan dalam model nilai tanah yang terdiri dari faktor struktur/fisik (S), faktor lingkungan (N) dan faktor lokasi (L). Sehingga Harga Pasar dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
    P = f (L, S, N)
    Pengaruh lokasi terhadap nilai property menjadi tinjauan dalam berbagai studi dalam kaitannya dengan atribut yang bersifat tetap atau relatip dari lokasi. Lokasi atribut yang bersifat tetap dikuantitatifkan dengan penghargaannya terhadap keseluruhan area perkotaan, salah satunya diukur dengan aksesibilitas (Follain & Jimenez, 1985; Orford, 1988). Atribut relatif lokasi diukur dengan klas ekonomi sosial, komposisi rasial, atribut yang bersifat estetik, tingkat polusi, serta proximity kepada prasarana lokal. (Dubin & Sung, 1990).
    Metode peniliaian kawasan dengan Hedonic Pricing biasa digunakan oleh Kementerian Keuangan dalam penentuan nilai tanah dan properti sebagai referensi dalam penelitian barang milik negara dan harga limit lelang.

    BalasHapus
  18. Kelompok 1/A
    Anggota: Achmad Setiawan (13222712)
    Fajar Yunianto (13222724)
    Heri Irwanto (13222727)
    M. Zaenas Surur (13222735)
    Untuk mendapatkan nilai total dari suatu kawasan perlulah dilakukan penilaian terhadap use value dan non-use value dari kawasan tersebut. Komponen dari use value adalah direct use value, indirect use value, dan option value. Sedangkan komponen dari non-use value adalah existance value dan bequest value. Direct use value bisa diperoleh dari nilai pasar, sedangkan option value, existance value, dan bequest value diperoleh dari nilai non pasar. Khusus untuk indirect use value dapat diperoleh dari nilai pasar dan non-pasar. Penilaian berbasis pasar pada intinya adalah menilai sesuatu yang ada padanannya di pasar atau diperjualbelikan di pasar. Sedangkan penilaian berbasis non-pasar adalah kebalikan dari penilaian berbasis pasar yaitu menilai sesuatu yang tidak ada padanannya di pasar atau tidak diperjualbelikan di pasar
    Nilai guna langsung (direct use value) adalah nilai manfaat yang diperoleh langsung dari suatu kawasan. Misalnya akan dilakukan penilaian terhadap suatu kawasan hutan maka direct use value diperoleh dengan menghitung nilai pasar dari harga kayu per kubik untuk masing-masing jenis kayu yang ada di dalam kawasan hutan tersebut. Nilai rupiah yang diperoleh merupakan perkalian dari jumlah sampel yang diambil dengan nilai pasar dari masing-masing jenis kayu yang ada dalam kawasan tersebut. Cara diatas biasa disebut dengan metode effect on production (EoP). Ada pula cara penghitungan lainnya yaitu metode travel cost method (TCM). Pendekatan TCM merupakan metode valuasi dengan cara mengestimasi kurva permintaan barang –barang rekreasi terutama rekreasi luar (outdoor recreation). Asumsinya semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi, maka para pemakai diharapkan lebih banyak meminta karena harga tersirat berupa biaya perjalanan lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal jauh dari tempat tersebut. Dengan demikian mereka yang bertempat tinggal lebih dekat dan biaya perjalanannya lebih rendah akan memiliki surplus konsumen yang lebih besar. Pendekatan TCM dipengaruhi oleh biaya transportasi, biaya tiket wisata, biaya konsumsi wisatawan selama berwisata dan biaya lain-lain.

    BalasHapus
  19. lanjutan kelompok 1/A
    Nilai guna tidak langsung (indirect use value) adalah nilai manfaat yang diperoleh dari suatu kawasan secara tidak langsung. Dari kawasan hutan misalnya sebagai penghasil oksigen dan pencegah terjadi erosi. Seperti yang telah diketahui bahwa oksigen yang tersedia di alam bukan merupakan komoditi dalam pasar. Setiap manusia bebas untuk menghirupnya. Akan tetapi terkait dengan nilai guna tidak langsung dari kawasan hutan sebagai penghasil oksigen perlu dihitung berapa jumlah oksigen yang dihasilkan kawasan hutan tersebut dan berapa harga oksigen untuk setiap gram-nya. Dengan cara inilah kemudian diperoleh nilai kawasan hutan sebagai penghasil oksigen. Selanjutnya sebagai pencegah erosi dapat digunakan metode replacement cost method (RCM) dengan mengasumsikan jika kawasan hutan ini tidak ada, maka berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk membuat struktur bangunan penahan erosi ini. Tentunya data-data konstruksi ini diperoleh dari instansi terkait.
    Nilai pilihan (option value) merupakan nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam pada masa yang akan datang. Sudah jelas bahwa nilai pilihan ini bukan nilai pasar karena berdasarkan opini dari masyarakat. Nilai pilihan ini didasarkan pada keanekaragaman hayati yang ada pada suatu kawasan yang dihitung dengan menggunakan formula nilai keanekaragaman hayati suatu kawasan dikali dengan luas total kawasan.
    Langkah berikutnya adalah menentukan nilai keberadaan (existance value) dan nilai pewarisan (bequest value) yang dilakukan dengan pendekatan nilai non-pasar. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai keberadaan (existance value) adalah dengan metode contingent valuation method (CVM). CVM merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar. Contingent Valuation Method menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat mengenai berapa besar nilai maksimum dari willingness to pay (WTP) untuk manfaat tambahan atau berapa besar nilai maksimum dari willingness to accept (WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran barang publik yang mendekati nilai sebenarnya, jika pasar dari publik goods benar-benar ada. Pasar hipotetis (kuesioner dan responden) sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetis yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.
    Sedangkan untuk nilai pewarisan (bequest value) dilakukan dengan mengukur manfaat individual dari pengetahuan bahwa orang lain akan memperoleh manfaat dari sumberdaya suatu kawasan di masa mendatang. Nilai eksistensi menggambarkan keinginan masyarakat untuk membayar konservasi sumberdaya pesisir dan laut itu sendiri tanpa mempedulikan nilai pakainya. Nilai pewarisan dapa dihitung dengan sebesar 10% dari nilali guna langsung suatu kawasan yang dilakukan valuasi.

    BalasHapus
  20. Kelompok 9
    Eko Tabah Karuniawan S (132227723)
    Indah Septiasari (13222729)
    Wahyu Ranu Wijaya (13222746)

    Nilai Ekonomi Kawasan (NEK) adalah seluruh agregat nilai ekonomi (nilai langsung maupun tidak langsung, nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai pewarisan serta nilai market dan non market) kawasan dimaksud, diluar nilai properti kawasan yang dinilai. Konsep Dasar Penilaian Ekonomi Kawasan dapat dirumuskan sebagai berikut :
    TEV = ( DUV + IUV + OV ) + ( BV + EV )
     TEV (Total Ekonomi Value) Nilai Ekonomi Kawasan
     DUV ( Direct Use Value ) Nilai Guna Langsung
     IUV ( Indirect Use Value ) Nilai Guna Tak Langsung
     OV ( Option Value ) Nilai Pilihan
     BV ( Bequest Value ) Nilai Pewarisan
     EV ( Existence Value ) Nilai Keberadaan
    NEK tediri nilai ekonomi berbasis penggunaaan (Nilai Guna/ Use Value) dan nilai ekonomi berbasis bukan penggunaan (Bukan Nilai Guna/Non Use Value).
    Terdapat dua pendekatan :
    1. Pendekatan Nilai Pasar (Market Based) / Pendekatan Produktivitas
    Untuk mengukur nilai berbasis penggunaan (Use Value) yang berhubungan dengan produksi/konsumsi. Salah satu tekniknya Surplus Produsen yaitu teknik penilaian tanah dengan menghitung manfaat bersih kegiatan pemanfaataan langsung pada SDA/kawasan dengan mengurangi nilai produktivitas SDA/kawasan dengan seluruh biaya produksi.
    Pendekatan nilai pasar menggunakan tipologi nilai:
    a) Direct Use Value : Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung dari sebuah ekosistem/sumberdaya.
    b) Indirect Use Value : Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tidak langsung dari sebuah ekosistem/sumberdaya.
    c) Option Value : Nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari sebuah ekosistem/sumberdaya di masa mendatang.

    2. Pendekatan Nilai Non Pasar (Non Market Based)
    Untuk menghitung nilai berbasis bukan pemanfaatan (Non Use Value) baik nilai keberadaan, pilihan atau pewarisan tegantung SDA/kawasan yang dinilai. Metodenya antara lain :
    a. Metode Value berdasar Preferensi (Contingent Valuation Method/CVM)
    Valuation Method (Valuasi kontingen) adalah metode mengestimasi nilai yang diberikan oleh individu terhadap sesuatu barang/ jasa. Penilaian dengan menggunakan teknik CVM dilakukan untuk fungsi barang/ jasa yang tidak ada dalam struktur pasar (non-marketed goods and services). Contoh : mengestimasi nilai fungsi ameniti suatu taman bunga (non-marketed goods).
    Untuk mengukur nilai SDA berdasarkan estimasi seseorang, dengan survey tentang keinginan/kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay/WTP) tehadap SDA/kawasan. Dengan demikian survey merupakan metode riset utama dalam valuasi ekonomi dengan menggunakan teknik ini. Metode survey adalah pengamatan dan penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu didaerah atau lokasi tertentu.
    Langkah-langkah dalam melakukan penilaian menggunakan metode CV sebagai berikut:
    1. Identifikasi karakteristik target populasi
    - Menentukan target kelompok populasi.
    - Identifikasi apakah target populasi homogen atau heterogen.
    2. Mendesain kuesioner CV
    - Disesuaikan dengan tujuan survey CV.
    - Disesuaikan dengan biaya, waktu dan tenaga yang tersedia.
    3. Tabulasi dan analisis data deskriptif hasil survey
    - Tabulasi data sesuai dengan parameter penting yang telah ditetapkan.
    - Melakukan analisis deskriptif tehadap parameter penting yang telah ditetapkan.
    4. Menghitung WTP/WTA hasil survey
    - Membangkitkan model regresi WTP/WTA.
    - Mengestimasi WTP/WTA.
    - Apabila diperlukan dilakukan analisis sensitivitas.
    5. Pelaporan hasil survey CV
    - Penyusunan laporan survey CV
    - Penyajian hasil survey CV

    BalasHapus
  21. Lanjutan kelompok 9...

    b. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM)
    Untuk menghitung Direct Use Value (DUV) kawasan tertentu yang mempunyai keunikan/daya tarik pengunjung. Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi tersebut.
    Fungsi permintaan terhadap kunjungan wisata sebagai berikut :

    Dimana :
    - V = jumlah kunjungan
    - TC = biaya perjalanan pada suatu lokasi wisata,
    - S = vektor biaya perjalanan pada lokasi wisata alternatif.
    Dengan asumsi data tersedia dalam jumlah yang cukup dari sampel pengunjung dan pengguna individu memperoleh manfaat yang sama secara keseluruhan, artinya jumlah pengunjung pada jarak yang sama akan sama bila biayanya sama.
    Tahapan dalam TCM sebagai berikut :
    1. Tentukan wilayah survey
    2. Cari data kunjungan tahunan berdasarkan kelompok pengunjung (umur, pendidikan, pendapatan, dst)
    3. Tentukan populasi dari pengunjung
    4. Hitung pengeluaran wisata dan biaya masuk
    5. Buat kuva dugaan permintaan agregat
    6. Hitung surplus konsumen

    c. Metode Nilai Pendekatan Produktivitas (Effect On Production Approach/EoP)
    Pendekatan untuk menduga nilai ekosistem pesisir berdasarkan fungsinya terhadap produktifitas perikanan dikenal sebagai pendekatan Effect On Production (EOP). Teknik ini digunakan dengan mengkapitulasi atau mendiskon aliran bersih dari manfaat sumberdaya alam yang diambil sebagai nilai sekarang dari habitat pesisir. Nilai persatuan hektas dari habitat pesisir dapat diperoleh dengan membagi total present value dari produk sumberdaya dengan luasan kawasan pesisir. Pendekatan ini mengabaikan biaya produksi yang dikeluarkan. Memandang SDA sebagai input produk akhir yang kemudian digunakan masyarkat.
    Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi dengan pendekatan pendapatan ini sebagai berikut :




    - PV = present value
    - Bt = manfaat bersih dari sumberdaya kawasan
    - T = jumlah tahun regresi nilai
    - r = tingkat diskon riil
    - L = luasan kawasan sumberdaya pesisir

    Pendekatan EOP ini memerlukan sebuah pendekatan integratif untuk mengukur perkembangan ekologi dan ekonomi. Terdapat beberapa langkah analisis integrasi ekonomi ekologi :
    - Mengidentifikasi input sumberdaya, output (produksi sumberdaya) dan residual sumberdaya dari suatu kawasan.
    - Melakukan kuantifikasi aliran fisik dari sumberdaya
    - Melakukan kuantifikasi keterkaitan antar SDA
    - Melakukan kuantifikasi aliran dan perubahan fisik ke dalam terminologi kerugian dan manfaat ekonomi.

    BalasHapus
  22. Kelompok 3 Kelas A
    I Nengah Juniarta (NIM. 13222728)
    Peri Emil Habonaran Siallagan (NIM. 13222741)
    Yonicha Senja Prasmadani (NIM. 13222750)

    Penilaian kawasan dapat dilaksanakan dengan pendekatan harga pasar dan non pasar. Pendekatan harga pasar dapat dilakukan melalui pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregone earning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost). Sedangkan pendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensi masyarakat (non market method). Beberapa pendekatan non pasar yang dapat digunakan antara lain:
    1) Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)
    Metode biaya perjalanan terkenal untuk menjelaskan demand bagi jasa sumberdaya alam dan atribut lingkungan dari site rekreasi spesifik. Orang mengunjungi tempat rekreasi dari jarak atau titik asal yang berbeda-beda. Perilaku perjalanan yang teramati ini kemudian digunakan untuk mengevaluasi kebersediaan membayar untuk mengunjungi tempat tersebut. Metode ini mengakui bahwa terhadap beberapa barang dan jasa, konsumen harus mengorbankan banyak biaya (waktu atau uang) untuk mendapatkan barang dan jasa tertentu. Diasumsikan bahwa nilai bagi konsumen minimal sebanding dengan biaya perjalanan (travel cost) konsumen tersebut yang bersedia dikorbankan untuk mendapatkan keinginan terhadap barang dan jasa tersebut. Misalnya untuk menikmati rekreasi dapat meliputi biaya perjalanan yang nyata, demikian pula untuk mengumpulkan kayu bakar secara bebas membutuhkan sejumlah waktu

    2) Metode Harga Hedonik (Hedonic Price)
    Harga hedonik adalah alat yang berguna dalam assessment dari nilai kenyamanan (amenity). Asal mula metode ini adalah menghubungkan nilai ciri-ciri tempat tinggal dengan amenity lingkungan pemukimannya. Metode ini digunakan kebanyakan untuk menduga kebersediaan membayar bagi variasi dalam nilai property karena adanya atau tidak adanya atribut lingkungan khusus, seperti kualitas udara, kebisingan, dan pemandangan alam. Dengan membandingkan nilai pasar dari dua property yang mempunyai derajat yang berbeda atas atribut spesifik, analis mengekstrak nilai implisit atribut tersebut atas penjual dan pembeli property. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya bangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitarnya, maka orang akan membayar lebih dibandingkan dengan rumah yang kualitas sama tetapi berada pada lingkungan yang jelek.

    3) Penilaian Kontingensi (Contingent Valuation)
    Metode contingent valuation digunakan untuk menduga nilai ekonomi bagi semua jenis jasa ekosistem dan lingkungan. Metode ini dapat digunakan untuk menduga nilai guna dan nilai non-guna, dan merupakan metode yang digunakan paling luas untuk menduga nilai non-guna. Metode ini menanya langsung masyarakat, dalam suatu survey, berapa mereka bersedia membayar jasa lingkungan tertentu. Dalam beberapa kasus masyarakat ditanyai tentang jumlah kompensasi yang bersedia diterima untuk mengorbankan jasa lingkungan. Diistilahkan contingent valuation karena masyarakat dipaksa menyatakan kebersediaan membayarnya. Contingent valuation merupakan salah satu cara memberi nilai uang terhadap nilai non-guna dari nilai lingkungan yang tidak melibatkan transaksi pasar dan mungkin tidak melibatkan partisipasi langsung. Nilai-nilai ini kadang disebut sebagai nilai guna pasif. Nilai-nilai tersebut mencakup segala sesuatu dari fungsi-fungsi penunjang kehidupan dasar yang berkaitan dengan kesehatan ekosistem atau keaneka-ragaman hayati, sampai kenikmatan pemandangan alam, hingga menghargai pilihan memancing atau melihat burung di masa yang akan datang, atau hak mewariskan pilihan-pilihan tersebut ke anak cucu.

    BalasHapus
  23. Kelompok 10
    1. Christmas Yosi Murthi/ 13222721
    2. Loisa Yubelin Imbiri/ 13222732
    3. Puji Brahmanto/ 13222742

    Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar (non market value). Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara konservasi SDA dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
    Pendekatan nilai pasar (market value) menggunakan empat metode, yaitu metode dampak produksi, metode respon dosis, metode pengeluaran preventif dan metode biaya pengganti. Sedangkan pendekatan nilai non-pasar (non market value) juga menggunakan empat metode, yaitu metode valuasi kontingensi, metode biaya perjalanan, metode biaya properti dan metode biaya pengobatan (Turner, et al. 1994; Navrud, 2000).
    1. Pendekatan nilai pasar (market value), menggunakan metode sebagai berikut:
    a. Metode dampak produksi/ Effect on Production (EOP). Metode ini menghitung manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah untuk tujuan tertentu, misalnya untuk membangun sarana umum, petani yang merelakan tanahnya untuk tujuan konservasi.
    b. Metode respon dosis. Metode ini menilai pengaruh perubahan kandungan zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap kegiatan ekonomi atau kepuasan konsumen, misalnya tingkat pencemaran air akan mempengaruhi pertumbuhan makhluk air, menurunkan manfaat kegunaan air, membahayakan kesehatan manusia dan sebagainya. Penurunan tingkat produksi dapat dihitung menggunakan harga pasar yang berlaku maupun harga bayangan (shadow price).
    c. Metode pengeluaran preventif. Pada metode nilai eksternalitas lingkungan dari suatu kegiatan dihitung dengan melihat berapa biaya yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan. Misalnya biaya pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau dataran tinggi.
    d. Metode biaya pengganti/ Replacement Cost Method (RCM) . Valuasi ekonomi dengan metode ini berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Misalnya pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan bakau dilaksanakan.
    Valuasi ekonomi dengan metode ini berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan sehingga masyarakat harus menerima kerugian atau masyarakat harus membayar sejumlah tertentu untuk mendapatka kembali barang atau jasa yang telah hilang. Misalnya pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan bakau dilaksanakan.

    BalasHapus
  24. Lanjutan Kelompok 10
    Aplikasi Metode Replecement Cost :
    Contoh 1:
    Lahan sawah memiliki fungsi sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain menyebabkan petani kehilangan sumber mata pencaharian. Misalkan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap pada usahatani lahan sawah adalah 317,7 hari kerja pria (HKP/ha/tahun) dengan tingkat upah Rp 28.000/HKP, maka nilai fungsi lahan sawah sebagai penyedia lapangan kerja yang hilang adalah:
    n
    NFTK = ∑ ( Ti x Wi x IPi x Li )
    i=1
    Ti = Kebutuhan tenaga kerja usahatani (HOK/ha)
    Wi = Upah kerja (Rp/HOK)
    IPi = Indeks pertanaman (%/tahun)
    Li = Luas lahan sawah pada unit lahan-i (ha)
    Sehingga nilai fungsi lahan sawah sebagai penyedia lapangan kerja yang hilang akibat konversi lahan sawah ke penggunaan selain pertanian adalah
    NFTK = (317,7) x (28.000) = Rp 8.895.600/ha/MT

    (Irawan, 2007)

    Contoh 2:
    Perhitungan degradasi sebagai akibat adanya abrasi pantai yang disebabkan oleh hilangnya hutan mangrove dapat dilakukan pendekatan dengan menghitung nilai hutan mangrove sebagai pelindung abrasi yang dapat didekati dengan biaya pembangunan tembok dengan tinggi 2 meter. Biaya yang diperlukan adalah Rp 35.000/m2 (data harga pasar). Bila diketahui panjang pantai yang tidak ada hutan mangrovenya adalah sepanjang 38 km. Manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai pelindung abrasi adalah:
    Rumus:
    V PA = Pt x Tt x α x Bt
    Dimana:
    V PA = nilai pelindung abrasi
    Pt = panjang pantai
    Tt = tinggi tembok pelindung pantai
    Α = koefisien kapasitas hutan mangrove sebagai pelindung abrasi
    Bt = biaya pembuatan tembok pelindung abrasi (Rp/m2)
    Sehingga manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai pelindung abrasi sama dengan:
    V PA = 38.000 x 2 x Rp 35.000 = Rp 2.660.000.000
    Jadi nilai degradasi abrasi pantai yang diakibatkan oleh hilangnya hutan mangrove adalah sebesar Rp. 2,66 miliar. Nilai tersebut dapat ditambah lagi dengan nilai tempat pemijahan dan pengasuhan ikan, udang dan kepiting. Tempat pemijahan dan pengasuhan ikan dapat diperkirakan dengan biaya pembuatan rumpon per m2.

    (Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2004)

    Contoh 3 :
    Menghitung nilai degradasi tanah/lahan kritis berdasarkan perhitungan biaya perbaikan/pengembalian fungsi lingkungan yang hilang (menghitung nilai pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan tanah).
    Biaya perbaikan/pengembalian fungsi lingkungan lahan kritis per hektar adalah Rp 4.200.000/ha, dengan perincian sbb:
    • Biaya pengolahan lahan Rp 600.000
    • Biaya pembelian bibit Rp 1.400.000
    • Biaya pemupukan Rp 1.200.000
    • Biaya tenaga kerja Rp 1.000.000
    • Jumlah Rp 4.200.000
    Maka nilai degradasi lahan = luas lahan kritis x biaya pemulihan/ha
    = 373,93 x Rp 4.200.000
    = Rp 1.570.516.500
    (Aristin, KNLH, 2009).

    BalasHapus
  25. Lanjutan Kelompok 10

    2. Pendekatan nilai non-pasar (non market value) menggunakan metode sebagai berikut:
    a. Metode valuasi kontingensi/ Contingen Valuation Method (CVM). Metode ini menentukan preferensi konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar (WTP:willingnes to pay) yang dinyatakan dalam nilai uang. Teknik metode ini dengan melakukan survei dan wawancara dengan responden tentang nilai dan manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Pendekatan WTA (willingnes to accept) digunakan untuk mengetahui seberapa besar petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan lahan sawahnya. Metode valuasi kontingensi dengan metode survei WTP dan WTA telah banyak digunakan oleh peneliti (Navrud dan Mungatana, 1994; Rolfe et al, 2000; Othman, 2002)
    b. Metode biaya perjalanan/ Travel Cost Method (TCM). Metode ini mengestimasi kurva permintaan barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal. Metode biaya perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa SDA dan lingkungan. Menurut FAO (2001) metode biaya perjalanan dan valuasi kontingensi dapat digunakan untuk menilai barang SDA dan lingkungan, termasuk eksternalitas lahan pertanian.
    c. Metode nilai properti/ Hedonic Pricing Method (HPM). Metode ini berdasarkan perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah, dengan asumsi bahwa perbdaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Selisih harga merupakan harga kualitas lingkungan tersebut. Othman et al. (2006) menyebut metode ini dengan pendekatan hedonik, yaitu menduga kualitas lingkungan berdasarkan kesanggupan seseorang untuk membayar (WTP) lahan atau komoditas lingkungan tersebut.
    d. Metode biaya pengobatan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya kesehatan akibat adanya perubahan kualitas lingkungan yang menyebabkan seseorang sakit. Total biaya dihitung secara langsung dan tidak langsung. Biaya langsung digunakan untuk pengeluaran biaya perawatan, obat-obatan dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seseorang menderita sakit.

    BalasHapus
  26. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  27. Kelompok : III

    1. Asat Abidin NIM. 13222720
    2. Kartika Clementine NIM. 13222730
    3. Novia Atika Sari NIM. 13222739

    Mohon ijin pak, komentar dari kelompok III :

    Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Nilai Ekonomi Kawasan (NEK) adalah seluruh agregat nilai ekonomi (nilai langsung maupun tidak langsung serta nilai market dan non market) kawasan dimaksud, diluar nilai properti kawasan yang dinilai. NEK terdiri dari :
    1. Nilai Ekonomi berbasi penggunaan (Nilai Guna/Use Value), terdiri dari
    a. Nilai guna langsung (direct values), merupakan manfaat langsung dari konsumsi dan produksi melalui satuan harga berdasarkan mekanisme pasar;
    b. Nilai guna tidak langsung (indirect use values), merupakan manfaat yang diperoleh secara mendasar dan fungsi pelayanan lingkungan hidup dalam menyediakan dukungan terhadap proses produksi dan konsumsi saat ini;
    c. Nilai pilihan (option values) : konsumen rela membayar asset yang tidak digunakannya, untuk menghindari resiko tidak memilikinya di masa mendatang.

    2. Nilai Ekonomi berbasis bukan penggunaan (Bukan Nilai Guna/Non Use Value), mencangkup :
    a. Nilai keberadaan (existence values), merupakan kepuasan seseorang atas keberadaan asset, walaupun tidak berminat menggunakannya;
    b. Nilai warisan (bequest values), merupakan nilai yang diberikan masyarakat pada SDA dan lingkungan agar tetap ada untuk diberikan kepada generasi mendatang.
    Nilai adalah kesimpulan akhir dari proses penilaian dengan tujuan dan dilakukan oleh orang yang berbeda pula. Pelaksanaannya harus dilakukan secara teknis sehingga sehat atau wajar, berdasarkan fakta yang objektif dan keyakinan dalam waktu dan relevansi yang otentik. Metode penilaian, diantaranya:

    1. Pendekatan Nilai Pasar (Market Based) / Pendekatan Produktivitas
    Untuk mengukur nilai berbasis penggunaan (Use Value) yang berhubungan dengan produksi/konsumsi. Salah satu tekniknya Surplus Produsen yaitu teknik penilaian tanah dengan menghitung manfaat bersih kegiatan pemanfaataan langsung pada SDA/kawasan dengan mengurangi nilai produktivitas SDA/kawasan dengan seluruh biaya produksi.

    2. Pendekatan Nilai Non Pasar (Non Market Based)
    Untuk menghitung nilai berbasis bukan pemanfaatan (Non Use Value) baik nilai keberadaan, pilihan atau pewarisan tegantung SDA/kawasan yang dinilai. Contoh salah satu metodenya yaitu:

    Metode Value berdasar Preferensi (Contingent Valuation Method/CVM)
    Metode ini digunakan untuk mengukur berapa besar nilai suatu sumberdaya berdasarkan estimasi seseorang. Dalam metode ini dilaksanakan survei dengan memberikan pertanyaan langsung pada responden mengenai keinginan/kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay: WTP) dan keinginan/kesediaan untuk menerima (Willingness to accept: WTA) terhadap sumber daya alam/kawasan. Hasilnya dibuatkan model Statistik. Lazimnya metode ini diberlakukan untuk memperoleh nilai pilihan (Option Value: OV), nilai pewarisan (bequest value: BV) dan nilai keberadaan (Exsitence Value: EV).

    BalasHapus
  28. Lanjutan komentar dari kelompok III
    1. Asat Abidin NIM. 13222720
    2. Kartika Clementine NIM. 13222730
    3. Novia Atika Sari NIM. 13222739


    Terdapat dua cara menghitung WTP/WTA, yaitu:

    Hasil perhitungan nilai tengah, dengan persamaan:
    Di mana:
    MWTP = nilai tengah WTP
    n = jumlah sample
    yi adalah besaran WTP yang diberikan responden i

    Atau,
    Melalui pendugaan hubungan antara WTP atau WTA dengan karakteristik responden yang mencerminkan tingkat penghargaan pengguna terhadap sumberdaya yang selama ini dimanfaatkan, dengan persamaan:
    Dimana:
    Persamaan ini merupakan persamaan regresi linear dengan xi = parameter pengukuran ke i, misalnya: usia, pendidikan, tempat tinggal, pendapatan)

    Langkah-langkah penilaian menggunakan teknik CVM adalah sebagai berikut:
    a) Identifikasi sumber daya alam/kawasan.
    b) Membuat rencana survei yang mencakup spesifikasi sumber daya alam/kawasan, kusioner yang berisi nilai keinginan untuk membayar (WTP) dan uji validitas. Formulir dan contoh kuisioner terlampir (Lampiran).
    c) Implementasi survei (pengumpulan data).
    d) Analisis data: Estimasi nilai sumber daya alam/kawasan.

    Kelemahan Metode CVM, diantaranya :
    1) Kesalahan strategi, dalam mengungkap informasi sehingga tidak tepat persepsi responden terhadap pertanyaan tersebut.
    2) Kesalahan titik awal, pada pengungkapan informasi dengan metode penawaran bertingkat disebabkan oleh kesulitan dalam penentuan beberapa harga awal yang ditawarkan.
    3) Kesalahan hipotesis, yang bersumber atas responden tidak merasakan secara benar karateristik SDA dan lingkungan yang diuraikan oleh pewawancara dan respon yang tidak serius terhadap pertanyaan yang diajukan (menjawab seadanya).
    4) Kesalahan sampling, akibat tidak ada kesesuaian antara populasi yang menjadi sasaran dengan sampel karena pengambilan contoh yang tidak acak/jumlah sampel yang tidak mewakili;
    5) Kesalahan spesifikasi komoditas, karena responden tidak mengerti spesifikasi barang/jasa SDA dan lingkungan yang ditawarkan, dapat diatasi dengan uraian yang jelas, kalimat efektif dan mudah dimengerti atau dengan menggunakan alat bantu dan visualisasi.

    Penilaian berbasis nilai non-pasar cenderung lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan penilaian berbasis nilai pasar. Salah satu metode yang digunakan pada penilaian berbasis nilai pasar adalah pengumpulan data lapangan (sesuai dengan standar berlaku), kemudian diperbandingkan sehingga nilai dari bidang tanah/properti dapat ditentukan. Sedangkan penerapan prinsip pembandingan pada penilaian berbasis non-pasar cenderung lebih sulit dilakukan, karena sifat dari penerapan penilaian pada hanya pada keadaan dan obyek tertentu.

    BalasHapus
  29. KELOMPOK XI (KELAS A)
    1. AGUNG WIDIYANTO (13222713)
    2. ARY PRIMA WIJAYA (13222719)
    3. MARIA HUTAMI A. (13222733)


    JENIS PENDEKATAN PADA PENLAIAN KAWASAN
    Nilai Ekonomi Kawasan (NEK) adalah seluruh agregat nilai ekonomi (nilai langsung maupun tidak langsung, serta nilai market dan non market) kawasan dimaksud, diluar nilai properti kawasan yang dinilai. NEK tediri nilai ekonomi berbasis penggunaaan (Nilai Guna/ Use Value) dan nilai ekonomi berbasis bukan penggunaan (Bukan Nilai Guna/Non Use Value). Dua Pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
    A. Pendekatan Pasar
    B. Pendekatan Nilai Non Pasar

    A. Pendekatan Pasar
    Untuk mengukur nilai berbasis penggunaan (Use Value) yang berhubungan dengan produksi/konsumsi, disebut juga sebagai pendekatan produktivitas. Salah satu tekniknya adalah Surplus Produsen yaitu teknik penilaian tanah dengan menghitung manfaat bersih kegiatan pemanfaataan langsung pada SDA/kawasan dengan mengurangi nilai produktivitas SDA/kawasan dengan seluruh biaya produksi. Nilai ekonomi atau total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu nilai penggunaan (use value) dan nilai intrinsik (non use value).
    Nilai penggunaan (use value) dibagi lagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value). Nilai penggunaan langsung adalah nilai yang ditentukan oleh kontribusi lingkungan pada aliran produksi dan konsumsi. Sedangkan nilai penggunaan tidak langsung ditentukan oleh manfaat yang berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam mendukung aliran produksi dan konsumsi. Nilai pilihan (option value) berkaitan dengan pilihan pemanfaatan sumberdaya di masa datang. Macam-macam metode Penilaian berbasis harga pasar :
    1) Pendekatan Harga Pasar
    Diukur atas dasar asumsi bahwa banyak faktor yang mungkin mempengaruhi demand, seperti pendapatan individu, harga barang dan jasa yang berkaitan, dan selera serta preference yang tidak berubah selama periode penelitian.
    2) Pendekatan Harga Bayangan (Shadow Prices)
    Harga pasar (market price) tidak berarti merupakan harga yng sebenarnya dan atau menunjukkan harga efisiensi ekonomi yang sebenarnya. Terdapat kegagalan pasar dan kebijaksanaan yang dapat mendistorsi harga pasar. Penilaian dengan pendekatan shadow price harus digunakan secara hati-hati sebab :
    a. Harga pasar sering lebih siap diterima pembuat keputusan dibanding nilai-nilai buatan yang dibuat analis.
    b. Harga pasar umumnya mudah diketahui untuk waktu sekarang dan akan datang.
    c. Harga pasar mencerminkan resolusi/keputusan pembeli sedangkan perhitungan shadow price sering bertumpu kepada obyektifitas dari pendapat analis.

    BalasHapus
  30. lanjutan kelompok XI


    3) Metode Appraisal
    Metode appraisal sangat sesuai terutama untuk kasus-kasus yang melibatkan sumberdaya alam yang telah mengalami kerusakan.
    4) Metode Biaya Penggantian Sumber daya
    Metode biaya penggantian sumberdaya menentukan kerusakan sumberdaya alam berdasarkan pada biaya untuk merestorasi, rehabilitasi, atau mengganti sumberdaya atau jasa sumberdaya tanpa kerusakan pada level stok sumberdaya atau aliran jasa sumberdaya. Prinsipnya adalah menduga nilai jasa ekosistem berdasarkan biaya menghindari kerusakan karena jasa yang hilang atau biaya menyediakan jasa substitusi.

    B. Pendekatan Nilai Non Pasar
    Metode ini digunakan untuk mengukur berapa besar nilai suatu sumberdaya berdasarkan estimasi seseorang. Metode ini dilaksanakan melalui survei kepada responden mengenai keinginan/ketersediaan untuk membayar atau melalui pendugaan hubungan antara WTP (Willingness to Pay) dengan karakteristik responden yang mencerminkan tingkat penghargaan pengguna terhadap sumber daya yang selama ini dimanfaatkan.
    Dan faktor rendahnya tingkat penghargaan pengguna di Indonesia terhadap sumberdaya yang selama ini dimanfaatkan, mungkin akan menjadi salah satu kendala untuk melaksanakan metode ini. Mengingat metode ini mengandalkan estimasi masyarakat yang dilaksanakan melalui survei kepada responden.
    Untuk menghitung nilai berbasis bukan pemanfaatan (Non Use Value) baik nilai keberadaan, pilihan atau pewarisan tegantung SDA/kawasan yang dinilai. Metodenya antara lain :

    a. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM)
    Untuk menghitung Direct Use Value (DUV) kawasan tertentu yang mempunyai keunikan/daya tarik pengunjung. Langkah –langkah penilaian dalam metode biaya perjalanan:
    1) Tentukan lokasi survei;
    2) Cari data kunjungan tahunan berdasarkan kelompok pengunjung (umur, pendidikan, pendapatan) dari instansi terkait (Pemda, Dinas Pariwisata, Kantor Statistik)
    3) Tentukan populasi dari setiap pengunjung;
    4) Hitung biaya perjalanan dari tempat asal ke ibukota provinsi lokasi letak kunjungan, dan dari ibukota provinsi ke lokasi kunjungan;
    5) Hitung rata-rata pengeluaran wisata dan biaya masuk (termasuk biaya pengorbanan waktu);
    6) Buat kurva dugaan permintaan agregat; dan
    7) Hitung surplus konsumen dan lain-lain untuk menghitung TCS.

    BalasHapus
  31. Lanjutan Kelompok XI...


    b. Metode Value berdasar Preferensi (Contingent Valuation Method/CVM)
    Untuk mengukur nilai SDA berdasarkan estimasi seseorang, dengan survey tentang keinginan/kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay/WTP) tehadap SDA/kawasan. Langkah-langkah penilaian menggunakan teknik CVM adalah sebagai berikut :
    1) Identifikasi sumber daya alam/kawasan
    2) Membuat rencana survei yang mencakup spesifikasi sumber daya alam/kawasan, kusioner yang berisi nilai keinginan untuk membayar (WTP) dan uji validitas. Formulir dan contoh kuisioner terlampir (Lampiran)
    3) Implementasi survei (pengumpulan data)
    4) Analisis data: Estimasi nilai sumber daya alam/kawasan.

    c. Metode Nilai Pendekatan Produktivitas (Effect On Production Approach/EoP)
    EoP adalah Konsep dasar pendekatan produktifitas memandang sumberdaya sebagai input dari produk akhir yang kemudian digunakan oleh masyarakat luas.
    Langkah-langkah penilaian dalam EoP dengan Analisis Ekologi-Ekonomi:
    1) Identifikasi kawasan dan hitung luas kawasan;
    2) Identifikasi hasil produksi kawasan, misalnya jumlah produksi kepiting di suatu wilayah mangrove atau wet land;
    3) Identifikasi dan hitung upaya/biaya yang dikeluarkan untuk mengasilkan produk
    4) Hitung nilai ekologi-ekonomi kawasan.

    Pada situasi dimana sumberdaya alam/kawasan semakin terancam baik oleh kegiatan manusia maupun bencana alam, valuasi ekonomi kawasan menjadi sangat penting dan strategis. Ini perlu diperhatikan karena nilai kawasan bukan hanya untuk mendeterminasikan nilai asset atau kekayaan bangsa dan Negara, tetapi juga sebagai pertimbangan utama dalam menjalankan politik, arah dan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah NKRI.

    BalasHapus