Kamis, 31 Januari 2013

Ironi Negeri Tempe



IRONI NEGERI TEMPE[1]
 Oleh: Sutaryono

          Sebuah ironi kembali terjadi, menyusul berbagai ironisme yang mengiringi perjalanan negeri- yang konon disebut negeri agraris ini. Langka dan mahalnya harga kedelai, seakan menyadarkan kita bersama bahwa betapa ketergantungan kita kepada bangsa asing sudah sedemikian memprihatinkan. Bagaimana tidak, pada mulanya persoalan beras, daging sapi, minyak goreng, sekarang kedelai- yang kesemuanya itu adalah komoditas pangan yang sangat penting bagi sebagian besar masyarakat kita. Keprihatinan ini terasa kembali ketika diberitakan, aksi unjuk rasa pelaku industri/perajin tempe, mensikapi melonjaknya harga kedelai. Aksi mogok produksi, sweeping tempe/tahu di pasar, pemusnahan tempe/tahu sebagai wujud protes atas meroketnya harga kedelai terjadi di berbagai wilayah.  Kondisi ini menunjukkan bahwa persoalan tempe dan ketersediaan kedelai kita mengarah pada kondisi krisis. Apabila ini dibiarkan, berarti membiarkan tempe menjadi barang mewah di negeri asal tempe ini.

          Penyebab kelangkaan dan mahalnya harga kedelai pada dasarnya telah diketahui oleh pemerintah sejak lama. Dokumen ”Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010”, menetapkan arah pengembangan dan sasaran lima komoditas pangan utama, yaitu mempertahankan swasembada padi berkelanjutan, serta mencapai swasembada untuk komoditas jagung (tahun 2007), kedelai (tahun 2015), gula (tahun 2009) dan daging  sapi (tahun 2010). Dalam konteks ini, swasembada kedelai akan dicapai pada tahun 2015. Namun apa dikata, alih-alih swasembada, mengurangi impor saja adalah hal sulit, mengingat tidak adanya peningkatan produksi. Komoditas kedelai, tahun 2004 tercatat jumlah import-nya sebesar 64,86% dari kebutuhan, pada tahun 2008 justru meningkat menjadi 70%. Tahun ini, jumlah impor kedelai mencapai 1,7 juta ton/tahun, dari total kebutuhan sebesar 2.4 juta ton atau mencapai 70,83%. Besarnya ketergantungan kedelai dari negara lain inilah yang menjadikan melambungnya harga. Sementara ini, kebijakan pemerintah untuk mengatasi kebutuhan kedelai dilakukan dengan menghapuskan pajak bea masuk sampai akhir tahun. Tujuannya jelas, yakni mencukupi kebutuhan kedelai dan menstabilkan harganya melalui peningkatan impor.  Bukankah kebijakan tersebut adalah kebijakan inkonsisten? Disatu sisi mencanangkan program swasembada, namun di sisi lain memperbanyak impor.     
          Tampaknya perlu strategi yang tepat bagi pemerintah untuk mengatasi gejolak ‘tempe’, agar permasalahan ini tidak selalu berulang. Beberapa gagasan tentang upaya meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan: (1) memperluas ketersediaan lahan pertanian; (2) melindungi tanah-tanah pertanian produktif dari upaya-upaya alih fungsi; (3) meningkatkan akses petani terhadap lahan pertanian yang tersedia; (4) memperbaiki tata niaga kedelai dan produk pertanian lainnya; (5) memberikan insentif bagi petani yang mengembangkan budidaya kedelai. Gagasan-gagasan tersebut hanya dapat terealisasikan apabila segenap komponen bangsa mempunyai visi yang sama terhadap ketahanan pangan, mengingat persoalan ketersediaan lahan pertanian merupakan persoalan krusial yang melibatkan multistakeholders.  Barangkali inilah pentingnya menyuarakan kembali dan mendorong gagasan tentang Pambaruan Agraria.
Persoalan kedelai dan tempe hanyalah salah satu faktor pentingnya direalisasikannya program pembaruan agraria. Pembaruan agraria adalah upaya penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya agraria untuk menyelesaikan ketimpangan struktur dan distribusi penguasaan sumberdaya  agraria termasuk di dalamnya adalah sumberdaya lahan/tanah. Pembaruan agraria tidak cukup diletakkan pada konteks keterbatasan akses masyarakat atas sumberdaya agraria tetapi lebih luas pada persoalan keberlanjutan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya agraria untuk mencapai ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terbukanya akses masyarakat terhadap sumberdaya agraria sama sekali belum bisa menjamin terjadinya perubahan menuju kesejahteraan apabila kebijakan pembangunan tidak memberikan peluang bagi keberlangsungan usaha masyarakat atas sumberdaya agraria.
          Kebijakan pemerintah tidak hanya dilakukan dengan pertimbangan parsial dan jangka pendek, sebagaimana menghapuskan bea impor kedelai. Tetapi lebih menekankan pada kebijakan yang bersifat holistik dan sistemik terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan keberlanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara ini, termasuk di dalamnya adalah ketahanan pangan, mengingat ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup- baik dalam jumlah maupun mutunya-, aman,  merata, dan terjangkau. Termasuk juga di dalamnya adalah kedelai, yang merupakan bahan pokok tahu dan tempe- makanan khas orang Indonesia.


[1] Dimuat SKH Kedaulatan Rakyat, 10 Agustus 2012

37 komentar:

  1. Badrun Munandar (357471)

    Pada dasarnya masyarakat indonesia sebagian besar hidup dengan bergantung pada sektor agraria, hal ini sudah di pastikan bahwa masyarakat indonesia sebagian besar adalah petani. Namun sangat di sayangkan apabila kebutuhan pokok masyarakat indonesia saat ini diperoleh melalui impor dari negara lain, kebutuhan tersebut antara lain beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, sekaligus menuju pada pembahasan kali ini yaitu tempe yang di impor dari negara lain. Pada dasarnya tempe merupakan sebuah makanan khas indonesia yang berasal dari kacang kedelai dengan jangkauan harga yang relatif murah dan dapat di jangkau oleh lapisan masyarakat dari ekonomi kelas bawah hingga masyarakat ekonomi menengah ke atas. Namun realita yang ada di tengah-tengah masyarakat saat ini, bukan lagi hal yang mudah untuk mendapatkan bahan pokok tempe tersebut, untuk mendapatkan bahan pokok tempe tersebut pemerintah harus mengimpor kacang kedelai dari negara lain dan sudah dipastikan bahwa masyarakat harus membeli dengan harga yang relatif mahal. Hal ini seharusnya sudah mampu dijadikan cermin untuk kinerja pemerintah saat ini bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk menata indonesia saat ini dan yang akan datang. Pemerintah juga harusnya sudah mulai melakukan pembaharuan pada sektor agraria, jangan hanya terpaku pada pembangunan proyek-proyek yang besar. Apabila saat ini banyak sekali kebutuhan pokok yang harus di impor dari negara lain, bagaimana kedepannya ? Apakah indonesia harus menggantungkan hidup masyarakatnya dengan negara lain ? Masyarakat indonesia saat ini sangat butuh jamahan dari tangan pemerintah untuk merasakan haknya sebagai buah dari demokrasi rakyat, karena negara Indonesia merupakan negara kedaulatan rakyat. Saya pribadi sangat menyayangkan sebagai negara agraris tapi semua kebutuhan yang berasal dari sektor agraria harus di dapat melalui impor dari negara lain. Selain itu juga sangat di sayangkan sekali banyaknya alih fungsi lahan yang dilakukan investor asing yang mendapatkan legalitas oleh pemerintah. Banyak lahan pertanian masyarakat yang harus direlakan dengan keterpaksaan yang disebabkan oleh legalitas yang diberikan pemerintah kepada pihak investor asing. Jadi semua keadaan masyarakat indonesia tergantung bagaimana pemerintah dalam mengambil kebijakan. Bagaimana kondisi indonesia ke depan itulah cerminan dari kinerja prmerintah dalam mengambil kebijakan. Menurut saya kebijakan pemerintah dalam mengambil keputusan merupakan ujung tombak bagaimana kondisi indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok kegalauan saja...adakah saran nyata yang mungkin diimplementasikan?

      Hapus
    2. Saran yang bisa di jadikan pemecahan permasalahan ini adalah keseriusan pemerintah yang tidak hanya setengah hati untuk menggerakkan bidang pertanian agar lebih maju pak, karena saat ini pemerintah masih belum mampu mengoptimalkan pertanian di indonesia dan bahkan malah turut andil dalam pengalihfungsian lahan pertanian. Untuk itu pemerintah harus benar-benar memulai pergerakan roda pertanian indonesia agar lebih maju. Pertama yang harus dilakukan adalah mendukung sarana dan prasarana untuk berlangsungnya kegiatan pertanian bagi para petani.

      Hapus
  2. Persoalan kelangkaan Kedelai dan Impor adalah masalah klasik. Sejak tulisan ini di Posting pada Januari 2013 sampai saat ini Oktober 2013, masih saja terjadi kelangkaan kedelai. Namun Pemerintah seperti tidak mengambil pelajaran dan mencari akar permasalahan untuk penyelesaianya. Dahulu, jika ada orang yang berbelanja di Mall atau Supermarket dianggap tidak mencintai produk dalam negeri atau tidak nasionalisme. Sekarang, apa bedanya jika kita belanja di Mall dengan Pasar Tradisonal? Toh barang dijual semuanya saat ini sama-sama barang Impor? Beli Tempe di pasar tradisional impor, beli daging impor, beras impor. Dimana juga nasionalime kita semua sebagai bangsa yang berdaulat? Memang harus diakui Impor itu merupakan suatu keniscayaan. Bahkan di Negara Maju sekalipun masih memakai impor. Namun kita tidak bisa bergantung sepenuhnya dg produk-produk impor. Saya sangat setuju dengan pendapat penulis terkait strategi yg bisa dilakukan pemerintah untuk menangani "gejolak tempe" ini melalui "Pembaruan Agraria". Namun menurut pendapat saya pribadi, permasalahan ini tidak bisa semata-mata kita serahkan kpd Pemerintah saja, seluruh elemen masyarakat harus turut serta berpartisipasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Apa yang bisa kita lakukan? hal terkecil yg bisa kita lakukan adalah perubahan pola hidup atau mindset terhadap pola hidup konsumerisme atau konsumtif. Masyarakat Dewasa ini, terlalu manja. Bahkan untuk membeli Cabai pun harus ke pasar. mengapa kita tidak budidayakan atau menanam cabai diperkarangan rumah saja? kan bisa kita hemat pengeluaran dengan menhasilkan sesuatu di rumah atau apotik hidup. Tapi semua regulasi kembali lagi kepada political will pemerintah, apakah pemerintah lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya atau kepentingan negara asing? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa impor ini terjadi juga karena ada permainan mafia-mafia kartel negara-negara asing. Semoga Ironi negeri Tempe ini cepat berakhir tanpa harus menunggu "swasembada kedelai" Tahun 2015.

    BalasHapus
    Balasan
    1. adakah saran untuk mengakhiri ironi ini?

      Hapus
    2. Ironi ini dapat diputuskan yaitu dengan pengembangan di sektor agraria, yaitu peningkatan produktivitas pertanian khususnya kedelai. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan terhadap kelompok-kelompok tani yang dapat mempertahankan lahan sawahnya agar tidak dikonversi dan meningkatkan produktivitas pertanian. Memberikan pelatihan kepada petani menggunakan teknologi moderen dalam peningkatan produktivitas pertanian. Selain tu pemerintah juga harus tegas terhadap tindaan pelangggaran yang dilakukan di kawasan pertanian dengan adanya konversi lahan pertanian.

      Hapus
  3. Tempe dan tahu yang selama ini dipandang sebelah mata kini menunjukkan eksistensi. Keduanya memicu silang pendapat, memantik polemik panas terkait dengan ketidakberdayaan pemerintah mengelola kebutuhan rakyat. Kelangkaan tempe dan tahu terjadi karena ketidakberdayaan negeri ini melepas ketergantungan impor kedelai. Selama pasokan kedelai masih bergantung pada asing, selama itu pula masalah kelangkaan tempe dan tahu akan terjadi. Ironisnya, pemerintah tak memandang persoalan secara utuh. Mereka lebih suka menyikapi gejolak harga kedelai dengan cara instan, yakni menghapus bea masuk. Itulah solusi gampangan tanpa harus pusing-pusing berpikir. Penghapusan bea masuk impor kedelai hanyalah obat sesaat yang mustahil bisa menyembuhkan akar penyakit. Kebijakan itu bahkan membuat impor kedelai kian deras membanjir dan kian ganas melindas produksi dalam negeri. kebijakan pemerintah untuk mengatasi kebutuhan kedelai dilakukan dengan menghapuskan pajak bea masuk sampai akhir tahun. Ini kebijakan yang tidak konsisten. Disatu sisi mencanangkan program swasembada, namun di sisi lain memperbanyak impor. Pemerintah tidak memikirkan efek jangka panjangnya. Pemerintah hanya memikirkan jangka pendeknya saja untuk mencukupi kebutuhan rakyat dengan memperbanyak impor kedelai dan plus mengapuskan pajak bea masuk. Masalah kedelai adalah masalah ketidakmampuan negeri ini mencukupi kebutuhan sendiri. Itulah persoalan pokok yang harus diselesaikan pemerintah. Saya setuju dengan statement diatas, tindakan nyata wajib segera dilakukan agar petani dengan senang hati menanam kedelai. Pemberian insentif dan jaminan harga kepada mereka tak bisa lagi ditawar-tawar. Indonesia yang kini dalam situasi darurat tempe merupakan konfirmasi bahwa pengelola negeri ini sudah lama mengabaikan urusan pangan sehingga beras, gula, kedelai, jagung, sampai singkong mesti diimpor. Memang ironi, negeri indonesia yang disebut negeri agraria tetapi tidak bisa memenuhi bahan baku pembuat tempe yaitu kedelai.

    Menurut saya tempe harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah karena Tempe merupakan makanan asli bangsa ini, begitu banyak penggemar dan penyuka makanan ini, banyak khasiat dan kandungan gizi di dalamnya. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolestrol darah, pencegah penyakit jantung, dan lain-lain. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Dikhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten). Perlu diketahui ada beberapa negara yang telah membuat paten atas produk tempe sesuai ciri khas dinegara tersebut. Dua negara yang sudah mendahului yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Jika kelangkaan tempe terus terjadi, berpotensi terjadinya klaim serupa yang dilakukan negara lain seperti Malaysia dan Australia. Tempe khas Jepang pun sudah di produksi dalam kapasitas besar. ‘’ pemerintah harus memperhatikan wacana ironi di negeri tempe dan bukan hanya dijadikan sebagai bacaan saja!!’’

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa startegi dan langkah yang harus dilakukan?

      Hapus
    2. untuk mengatasi ini strategi yang harus dilakukakan, pemerintah melalui Kementrian Pertanian harus melakukan tindakan yang bisa "memperbanyak kedelai" dengai teknologi-teknologi dan pengetahuan yang ada. karena Banyak yang mengatakan bahwa kedelai memang tidak cocok untuk ditanam di tanah Indonesia. Sebagai mahasiswa kependudukan, penulis memang tidak ahli dalam masalah tanah, namun banyak ahli pertanian dari IPB sudah punya solusi sejak lama mengenai penanaman kedelai di Indonesia melalui beberapa cara, misalnya Budidaya Jenuh Air yang relatif mudah diterapkan. Kenyataannya, pemerintah melalui Kementrian Pertanian seolah tidak menggubris sejumlah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dalam negeri. Ketidakacuhan pemerintah seolah meminimalisir incetive bagi para peniliti dalam negeri dalam mengembangkan sejumlah cara untuk mengatasi masalah daulat kedelai di dalam negeri. langkah selanjutnya yang harus dilakukan pemerintah adalah, "memperluas" lahan pertanian di Inonesia seluas-luas mungkin...karena Luas lahan panen yang terus menurun menjadi salah satu alasan produksi kacang kedelai dalam negeri seolah meredup. dan langkah selanjutnya pemerintah harus lebih sangat memperhatikan nasib para petani. ini juga demi kebaikan kita semua. jangan sampai indonesia tidak mempunyai sama sekali lahan pertanian karena para petani lebih memilih menjual lahannya karena pengasilan nya selalu tidak sesuai. mungkin ini lah strategi dan langkah pertama yang harus di lakukan oleh pemerintah se-dini mungkin.

      Hapus
  4. Nina Damayati ( 13/357474/PMU/8077)

    Menurut saya permasalahan pangan di Indonesia sangat lah komplek, hal ini terjadi karena jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah sedangkan luas wilayah Indonesia tetap. Selain itu masyarakat Indonesia sekarang ini banyak yang bersifat konsumtif hanya suka berbelanja tanpa berpikir membuat inovasi baru dalam menghasilkan sesuatu terutama dalam bidang pertanian. Hal ini di tunjukan dengan semakin sedikit nya penduduk Indonesia yang ingin menjadi petani karena mayoritas penduduk Indonesia menganggap petani sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan kehidupan yang lebih baik, Namun pada kenyatanya jumlah petani di Indonesia tidak mengalami penurunan, ini menujukan bahwa masyarakat Indonesia terutama di pedesaan menganggap petani sebagai profesi pelarian, dimana saat mereka tidak mendapatkan pekerjaan mereka beralih menjadi petani, karena masyarakat menganggap pekerjaan sebagai petani tidak memerlukan skill, mereka hanya setengah hati menjalani profesi sebagai petani, dan petani Indonesia sangat labil, mereka mudah terpengaruh oleh isu dari luar, sehingga petani dengan mudah mengalih fungsikan lahan pertanian. Seperti kasus Petani kedelai di Banyuwangi Jawa Timur yang mengalih fungsikan lahan pertanian kedalai ke lahan perkebunan buah jeruk dan buah Naga karena petani menganggap perkebunan jeruk dan buah naga lebih menguntungkan. Hal ini menambah produksi kedelai di indonesia semangkin menurun. Tapi kita tidak bisa menyalahi petani sepenuhnya, karena dalam harga pasar pemerintah lah yang memegang hak penuh, pemerintah sering tidak pro pada petani dalam negeri, sehingga petani tidak bisa bersaing dengan produk impor baik dalam bidang harga dan kualitas.
    Kita harus mengakui bahwa perekonomia, pertanian, politik Indonesia sangat carut marut, jangankan beras, cabai, bawang, atau pun kedalai, jengkol saja Indonesia sempat mengalami kelangkaan dengan harga yamg sangat tidak masuk akal, untung nya di Amerika Serikat tidak ada jengkol, jika ada mungkin Indonesia sudah mengimpor jengkol dari Amerika. Dan saya harap gagasan tentang upaya meningkatkan produksi kedelai dalam artikel ini dapat segera terlealisai. Dan juga dalam mengatasi kelangkaan pangan dan impor pangan harus ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Demi Indonesia yang lebih baik.

    BalasHapus
  5. Mirna Taufik (13/357485/PMU/8085)
    Menurut saya, persoalan impor yang sering terjadi di negara ini sangat memperihatinkan, dimana negeri yang konon di sebut sebagai negara agraris terjadi impor besar-besaran karena kurangnya kerjasama antara Pemerintah dan masyarakatnya. Dimana pemerintah yang seharusnya menjadi pensejahtera rakyat malah mengabaikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dan tidak menjadikan permasalahan-permasalah yang telah terjadi sebagai suatu pelajaran atau motifator untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pangan di Negaranya. Melainkan banyak oknum-oknum dalam pemerintah yang mengambil keuntungan dari kejadian ini. Begitupun sebaliknya dengan masyarakat yang berperan dalam bidang pertanian sering melakukan aksi mogok produksi. Padahal hal tersebut bukan menyelesaikan masalah melainkan akan menimnulkan masalah-masalah baru yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Sedangkan masyarakat perkotaan yang tidak berperan di bidang pertanian malah dengan santainya menikmati barang-barang impor tampa berfikir panjang asal muasal pangan yang mereka konsumsi, hal ini menunjukkan kurangya rasa Nasionalisme masyarakat pada negaranya. Selain dari itu masyarakat pedesaan terutama di luar Jawa lebih menyukai pertanian dalam bidang perkebunan seperti karet dan sawit karena dilihat dari harga pasaranya karet dan sawit jauh lebih mahal. Jadi kerjasama antara pemerintah dan masyarakat itu sangat berpengaruh untuk mengatasi kelangkaan bahan pangan di Indonesia terutama kedelai, mengingat Luas dan suburnya Tanah di Negara ini Pemerintah melakukan pembagian wilayah pertanian sesuai dengan Provinsi dan potensi wilayah masing-masing seperti di daerah sumatra selatan yang menjadi lumbung pangan dan lumbung energi Nasional.

    BalasHapus
  6. Andela Anggleni (13//357486/PMU/8086)

    Permasalahan impor di negeri ini semakin bartambah hal ini terjadi karena ketidak mampuan hasil komoditas produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan hasil produksi pangan mengakibatkan terjadinya kekurangan pangan, oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan pangan tersebut pemerintah harus mengimpor, padahal negeri ini merupakan negeri agraris. Seperti halnya impor kedelai yang dilakukan pemerintah karena rendahnya produksi kedelai yang dihasilkan, masalah produksi kedelai di Indonesia yang tak pernah meningkat dipicu oleh luas lahan pertanian kedelai yang semakin berkurang karena alih fungsi lahan pertanian dan juga persoalan harga kedelai pun membuat petani kedelai malas menanam sehingga produksi kedelai Indonesia menurun. Adapun solusi untuk membantu meningkatkan produksi pangan (kedelai) yang dapat dilakukan dengan menambah lahan pertanian, dengan memanfaatkan lahan terlantar yang sekarang ada di tangan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan juga perlu ada perlindungan terhadap petani kedelai dengan harga pembelian pemerintah yang sesuai, sehingga petani kedelai merasa terjamin kehidupannya.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Riko Thomas (13/357481/PMU/8081)
    Permasalahan ironi Negeri tempe ini sangat jelas bahwa pemerintah kita lebih mengutamakan untuk impor ketimbang untuk membangun dan meningkatkan hasil kedelai dalam Negeri sendiri, karena dengan impor tersebut kecukupan kedelai untuk masyarakat terpenuhi dalam waktu yang singkat. Dibandingkan dengan meningkatkan dan membangun perkebunan kedelai dalam Negeri itu menggunakann anggaran dana besar dan waktu yang lama, dan itupun belum pasti apakah berhasil atau tidak untuk memenuhi kebutuhan kedelai masyarakat nantinya. Oleh karena itu untuk sementara pemerintah lebih mengutamakan impor tersebut.
    Tetapi sungguh ironisnya tanah surga seperti di Negeri ini bisa kekurangan kedelai dan bahan pangan lainnya sehingga harus mengambil kebijakan untuk impor. Sudah jelas bahwa kurangnya perhatian dari pemerinta kepada para petani-petani yang seharusnya di utamakan tapi malah terbelakangkan. Karena kurangnya perhatian dari pemerinta inilah petani sekarang memilih kebijakannya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti menjual kebun kedelai tersebut, dan ada juga yang mengganti tanaman kedelai menjadi tanaman yang lain seperti kopi, karet, dan kelapa sawit. Jadi lahan pertanian kedelai semakin lama semakin berkurang padahal kebutuhannya semakin lama semakin bertambah, inilah yang mengakibatkan kedelai semakin sulit di dapatkan.
    Dari penjelasan tersebut sebaiknya untuk kedepan pemerinta harus menyiapkan rancangan rencana agar kedepannya hal tersebut dan hal-hal yang lain seperti apapun tidak terulang kembali, yaitu dengan cara selain mengimpor sekaligus menyiapkan pembangunan di sektor pertanian dalam Negeri dan betul-betul memperhatikan para petani khususnya petani kedelai, misal memberikan pupuk, obat hama, memudahkan akses jalan dan lain sebagainya, berikutnya menentukan petugas sesuai dengan ahli bidangnya agar pertumbuhan di semua sektor pertanian menjadi lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    BalasHapus
  9. Budi Agus Setiawan (357476)6 Oktober 2013 pukul 08.53

    Berbicara mengenai kelangkaan kedelai dan melambungnya hargai kedelai di Indonesia,menurut pendapat saya hal ini dikarenakan pemerintah kurang realitis dan efisien dalam melakukan suatu kebijakan dimana kebijakan ini tidak pro terhadap rakyatnya sendiri, jalur distribusi yang panjang dan lemahnya proteksi para petani sementara lahan kosong masih banyak. pemerintah yang masih gemar melakukan impor yang banyak menghabiskan uang negara seharusnya bisa di alihkan ke sektor lain yang bermanfaat misalnya dengan melakukan penyuluhan serta pemberian modal kepada petani-petani kedelai untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil produktivitas kedelai.
    Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya adalah petani, tetapi mengapa Indonesia tidak bisa menciptakan swasembada pangan yang berkualitas, menurut saya salah satu faktor yang menyebakan hal ini adalah dikarenakan ulah pemerintah itu sendiri yang kurang mensejahterkan rakyat petani dimana kesan yang saya saat ini pemerintah acuh tak acuh bahkan tidak mau tau dengan permasalahan ini, dimana jika tidak segera di atasi maka produktivitas pertanian bahkan produktivitas pangan kita semakin lama akan semakin menurun sehingga hal ini akan berpengaruh kepada sektor-sektor dibidang yang lain.
    Jadi mahalnya kedelai di negeri ini bukan karena tanah negeri ini yang tidak subur, bukan lahan yang sempit, bukan juga faktor petani yang malas menanam kedelai tapi semua itu berpangkal dari kebijakan-kebijakan pertanian dan perdagangan yang muncul dari sistem ekonomi kapitalisme yang menjadi pijakan pemerintah dan para penguasa yang korup pemburu rente melalui mafia Impor.
    Menurut pendapat saya kesimpulanya untuk mengatasi masalah ini pemerintah, para ahli dan masyarakat harus bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan permasalahan ini dengan menciptakan terobosan-teobosan baru dan inovasi yang lebih bermanfaat dan bagi masyarakat sehingga masyarakat Indonesia terbebas dari yang namnya impo dan ironi negeri tempe di Indonesia tidaka akan tejadi lagi.

    BalasHapus
  10. konsumsi kedelai di Indonesia mencapai 2,2 juta tons per tahun, dari jumlah itu sekitar 1,6 juta tons harus diimpor. 75% dari jumlah itu diimpor oleh lima importir.( http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai).
    Yang pertama yang harus kita tahu terlebih dahulu iyalah alasan pemerintah mengimpor kedelai karena hasil produksi petani kedelai di indonesia tidak mencukupi untuk konsumsi dalam negeri, yang diakibatkan oleh berlaih fungsinya lahan untuk pertanian kedelai menjadi pemukiman dan pabrik-pabrik industri, dan juga petani di indonesia lebih cendrung untuk menanam jagung dari pada menanam kedelai karna hasil dari produksi jagung itu sendiri ketika sudah panen jauh lebih banyak dari pada hasil panen tanaman kedelai walaupun harga perkilo jagung itu sendiri jauh lebih murah yaitu RP. 2.300 /kg sedangkan harga kedelai bisa mencapai 7000/kg tetapi bila dilihat dari hasil panennya jagung yang lebih banyak dengan hasil panen mencapai 7-8 ton sedangkan kedelai hanya menghasil 2 ton. Disini sangatlah terlihat perbedaan dari hasil keuntungannya yang membuat kurang tertariknya pemilik lahan pertanian untuk menanam kedelai. Dan juga adanya kecendrungan pengrajin tahu dan tempe untuk memilih kedelai impor dikarenakan sulitnya mencari kedelai lokal di negeri sendiri. (berdasarakan dari berbagai sumber referensi di internet)
    Melihat dari alasan diatas maka pemerintah kita sepatunya mencari solusi untuk meningkatkan lagi produksi kedelai dengan mengoptimalkan lagi penggunaan lahan pertanian untuk penanaman kedelai dimana dari sumber yang baca bahwa di indonesia masi banyak lahan terlantar yang bisa digunakan untuk lahan pertanian kedelai, ini pun harus dilakukan kerjasama antar instasnsi terkait yang mengurusi masalah lahan dan pertanian yang harus bekerjasama secara optimal, dimana yang banyak kita ketahui bersama bahwa terkadang antar instansi pemerintahan di negeri ini masi kurang koordinasi dan tidak adanya kecocokan dalam menjalankan setiap tugas yang dijalankan sehingga membuat program yang telah dirancang tidak berjalan dengan semestinya. Pemerintah haruslah mengatur ulang kebijakan untuk mengimpor kedelai itu sendiri dengan cara membatasi impor kedelai secara bertahap sampai lahan pertanian kedelai di indonesia menjadi banyak dan hasil kedelai lokal dapat memenuhi permintaan pengrajin kedelai di indonesia terpenuhi, ini semua tentunya tidak terlepas dari usaha pemerintah untuk mendukung petani untuk membuka lahan baru untuk menanam kedelai yang semunya itu walaupun akan membutuhkan proses dan waktu yang lama tetapi akan memberikan banyak dampak yang positif untuk kedepannya seperti misalanya kita tidak harus lagi mengimpor kedelai yang harga pasarannya semakin meningkat, mungkin juga dengan menyeimbangakan harga kedelai lokal dengan kedelai impor merupakan sebuah solusi yang baik, dimana nantinya ketika harga kedelai impor dan kedelai lokal relatif sama akan membuat tingginya minat petani untuk menanam kedelai dilahan pertanian mereka yang membuat hasil produksi kedelai lokal menjadi meningkat, dengan tingginya hasil pertanian kedelai itulah maka pengusaha tempe dan tahu tidak kesulitan lagi untuk mencari kedelai lokal. Dimana nantinya jika hasil kedelai itu sendiri sudah berlebih untuk konsumsi dalam negeri selain dapat menurunkan harga kedelai itu sendiri pemerintah juga dapat mengekspor kedelai lokal kita untuk pasar luar negeri. Dan sekali lagi walupun proses itu memakan waktu yang lama tetapi kita sudah memiliki solusi untuk mencegah kelangkaang kedelai dan tingginya harga kedelai dipasaran untuk waktu yang kan datang.

    Nama : M. Deddy Syafrullah

    BalasHapus
  11. Silvia Susanti (13/357013/PMU/7989)
    Hampir sebagian besar warga Indonesia mengenal tempe. Permasalahannya, saat ini Indonesia sangat bergantung pada kedelai import. Hal ini dikarenakan produksi kedelai Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Petani lokal hanya mampu memenuhi 60% dari kebutuhan kedelai dalam negeri. Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya produksi kedelai di Indonesia, antara lain gagal panen, berkurangnya lahan tanaman pangan, dan keengganan petani untuk menanam kedelai. Namun penyebab utamanya adalah masuknya kedelai import yang harganya lebih murah dibanding kedelai lokal, sehingga produksi kedelai lokal terabaikan, hal ini lah yang kemudian menyebabkan petani lokal enggan menanam kedelai. Selain itu, harga kedelai lokal saat panen di tingkat petani yang rendah menyebabkan petani enggan menanam kedelai lokal. Para petani lebih memilih menanam padi dan jagung daripada menanam kedelai.
    Saya kurang setuju dengan pendapat saudari Shery Aryati, mengenai pemberian insentif kepada petani yang menanam kedelai, Mengapa? Karena menurut saya, pemberian insentif kepada petani kedelai tidak akan efektif, karena dulu pemerintah Indonesia pernah memberikan insentif kepada para petani kedelai, namun kenyataan di lapangan berkata lain, insentif tersebut tidak sepenuhnya dinikmati oleh petani kedelai kita.
    Untuk mengatasi masalah kedelai ini, menurut saya, adalah dengan pemerintah membeli kedelai dari petani lokal kita dengan harga yang sama dengan harga kedelai import, toh kualitas kedelai lokal kita tidak kalah bagus dengan kualitas kedelai import. Karena selama ini, rendahnya produksi kedelai lokal lebih disebabkan oleh karena petani lokal tidak tertarik untuk menanam kedelai, karena harga kedelai saat panen di tingkat petani sangat rendah. Selain itu, faktor yang mempengaruhi menurunnya produktivitas kedelai di Indonesia adalah bebih dan tanaman kedelai yang rentan terhadap serangan hama penyakit. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi mengenai penggunaan benih kedelai varietas unggul yang telah diciptakan oleh para peneliti-peneliti Indonesia, kedelai varietas unggul tersebut mampu menghasilkan 3-4 ton kedelai per hektare. Dengan demikian, dapat diharapkan Indonesia mampu melaksanakan 'Swasembada Kedelai' di tahun 2015 mendatang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang benar kebayakan pemberian insentif tidak akan efektif. tapi kita harus menghargai pemerintah yang memberikan insentif kepada para petani kedelai biar rajin berproduksi. saudari silvia, setau saya kedelai impor itu lebih bagus dari pada kedelai lokal kita. saya pernah melihatmya sendiri kualitas kedelai impor dan kualitas kedelai lokal. Saya juga pernah baca di koran akhir bulan lalu bahwa kualitas kedelai impor pun di akui oleh pengrajin pembuat tempe. di koran sindo " Selama ini, para perajin saat ini lebih memilih menggunakan kedelai impor ketimbang kedelai lokal karena selain banyak dijumpai di pasaran, "kualitas kedelai impor lebih baik untuk diolah menjadi tahu dan tempe. "Kita pakai kedelai impor karena lebih bagus untuk dibuat tahu dan tempe dari pada kedelai lokal," kata perajin tempe di Banjarnegera, (13/9/2013).

      tidak bisa harga kedelai impor dan lokal itu disamakan. karena kedelai impor banyak dijumpai di pasaran dari pada kedelai lokal dan kualitas kedelai impor lebih baik untuk diolah menjadi tahu dan tempe.

      Hapus
    2. Menurut saya saran dari Saudari Silvia dan Shery dapat di padukan dalam mengatasi masalah ini. Mungkin untuk menarik para petani agar mau menanam kedelai pemerintah pada awalnya adalah dengan melakukan intensif. Jika cara pemerian intensif ini telah mampu menrik petani dan banyak petani yang menanam kedelai, pemerintah harus tetap mendampingi para petani kedelai dengan memberikan sosialisasi tenang perawatan tanaman kedelai agar terbebas dari hama penyakit dan memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dengan kedelai import. Setelah tiba watuk panen pemerintah juga dapat membeli kedelai dari petani lokal dengan harga yang pantas.

      Hapus
  12. (Sulistiarini-13/357102/PMU/8001)
    Langkanya kedelai dan berbagai produk pertanian di Indonesia sebenarnya merupakan masalah yang klasik dari tahun ke tahun. Kita tidak dapat menyalahkan para petani yang notabene ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Seperti yang saya ketahui kesejahteraan petani di Indonesia sangat memprihatinkan. Total biaya yang dikeluarkan ketika mereka menanam kedelai atau jenis pertanian yang lainnya hampir sama bahkan kadang melebihi pendapatan yang diperoleh ketika panen, belum lagi dengan faktor cuaca yang sekarang sering mengalami perubahan secara ekstrim dan serangan hama. Jika dahulu para petani masih terbantu dengan kredit usaha tani yang diselenggarakan pemerintah, maka saat ini petani harus menanggung sendiri semua biaya pada saat masa tanam. Belum lagi ketika musim panen tiba, mereka harus menghadapi spekulasi harga yang cenderung merugikan petani. Sehingga tidak heran jika saat ini banyak petani yang lebih memilih alih profesi di luar sektor pertanian. Semakin terbatasnya lahan pertanian seharusnya lebih mendorong petani untuk meningkatkan produkstivitasnya. Disini peran pemerintah akan sangat membantu. Pemerintah seharusnya memberikan insentif kepada para petani terutama dalam pengadaan bibit dan biaya pemeliharaan tanaman.
    Kebijakan pemerintah dalam hal penghapusan bea impor kedelai justru akan merugikan petani kita dan hanya akan menguntungkan para importer. Apalagi saat ini terdapat kebijakan pemerintah untuk membebaskan siapapun boleh melakukan impor kedelai. Harga kedelai akan semakin mudah dipermainkan oleh para importir. Saat petani di Indonesia panen, importir bisa menambah pasokan, sehingga harga kedelai lokal jatuh. Itulah sebabnya keuntungan menanam kedelai akan semakin kecil, sehingga petani enggan menanam kedelai.
    Swasembada kedelai dan komoditas agraris lainnya sebenarnya dapat tercapai, asalkan pemerintah serius dalam menjalankannya. Ada berbagai langkah yang dapat dilakukan. Pemerintah harus lebih berpihak kepada petani lokal. Pemerintah harus menjamin pembelian pada harga yang layak dikalangan petani ketika musim panen tiba. Selain itu pemerintah harus menggandeng BUMN dalam penyediaan bibit unggul gratis, pupuk bersubsidi dan input lain yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan produktivitas. Apabila hasil panen kedelai dijamin pembeliannya oleh badan milik pemerintah (bulog), maka diharapkan bulog dapat menjual kedelai ke industri tahu-tempe dengan harga murah. Petani juga hendaknya diberi kemudahan dalam mendapatkan kredit dari bank-bank milik pemerintah untuk seluruh pembiayaan produksi kedelai dan mendapatkan proteksi pada saat gagal panen. Untuk perluasan lahan pertanian mungkin pemerintah dapat berperan dalam hal pemanfaatan lahan terlantar untuk bisa ditanami kedelai. Terakhir, aspek moral dari pemerintah sendiri harus diperbaiki, sehingga apapun kebijakan dari pemerintah sangat diharapkan tidak disalahgunakan oleh oknum-oknum pemerintah yang hanya mementingkan keuntungan pribadi di atas kepentingan rakyat Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada dasarnya pemerintah memiliki alasan mengapa bea impor kedelai di hapuskan, karena menjertinya para pengusaha tempe dan tahu ketika sulitnya mendapatkan kedelai sebagai bahan baku utama untuk pembuatan tahu dan tempe...langkanya kedelai disebabkan karena petani bingung dengan ketidak stabilan harga kedelai dan biaya yang mahal mereka harus keluarkan untuk menanam kedelai sehinggaa mereka banyak yang berubah haluan dengan tidak lagi menanm kedelai.....
      menurut MENTRI PERDAGANGN BAPAK GITA WIRJAWAN BULOG sendiri belum terlalu memperhatikan soal swasembada kedelai, karena BULOG masih memfokuskan kinerjanya terhadap rencana untuk kembali indonesia mampu swasembada beras, oleh karena itu dibutuhkan trobosan terbaru dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah kedelai ini

      Hapus
    2. Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu (Unib) Handoko Hadiyanto, Ph.D yang dirilis oleh kantor berita Rakyat Bengkulu Minggu (8/9/2013) Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini, pemerintah pusat maupun daerah harus mendorong petani kita menanam dan memproduksi kedelai sendiri,”
      menurut saya keseriusan dari pemerintah bukan hanya hal pokok untuk mengatasi masalah kelangkaan kedelai karena pemerintah cinderung kurang mendorong para petani untuk kembali menanam kedelai, dengan murahnya kedelai impor itu dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan kedelai di pasaran lokal indonesia padahal banyak para petani yang bergantung dengan tanaman kedelai

      Hapus
  13. Febryansah (357473)
    Berbicara tentang kelangkaan kedelai di indonesia adalah seperti rangkayan masalah yang sama yang dirasakan oleh seluruh rakyat indonesia, bukan hal aneh lagi bahwa impor kedelai yang dilakukan pemerintah indonesia secara tidak langsung telah mematikan kualitas kedelai di dalam negeri. Bukan karena kualitas kedelai impor yang lebih bagus tapi hanya persoalan pemasaran dan kebutuhan kedelai dalam negeri yang sangat besar yang menurut saya sangat membingungkaan para petani kedelai. Pemerintah kita berupaya untk bisa meningkatkan produktifitas kedelai dalam negeri tetapi kembali lagi tidak adanya komunikasi yang baik antara pemerintah dan para petani kedelai adalah salah satu penyebab semakin hilangnya kedelai dalam negeri.
    Menurut saya permasalahan kedelai adalah hal yang cukup serius untuk indonesia, karena dengan impor kedelai otomatis harga kedelai di indonesia tidak akan pernah stabil karena impor kedelai sudah seperti kebiasaan bagi pemerintah kita yang menggap jika stok kedelai dalam negeri sudah terpenuhi maka bereslah tugas pemerintah untuk para pembuat tempe dan tahu yang sama-sama kita tau itu adalah makanan pokok bagi hampir seluruh rakyat indonesia. Padahal masalahnya tidak semudah itu karena cukup banyak para petani kedelai kita yang semakin ke bingungan akan nasipnya. Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebelumnya mengungkapkan usulannya untuk menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai masih terganjal di kebijakan fiskal. Gita menilai penetapan HPP bisa meretas jalan menuju swasembada kedelai. Saat ini, Indonesia masih tergantung impor kedelai dari Amerika Serikat."Swasembada dengan HPP untuk kedelai saya kira jauh lebih mungkin dari pada beras atau gula," katanya. Draf HPP tersebut tengah dibuat dan ditargetkan selesai bulan ini.Gita menjelaskan, Perum Bulog tahun ini telah memegang anggaran sebesar Rp 1,5 triliun untuk stabilisasi harga berbagai komoditas. Gita berhitung untuk membayar HPP kedelai selama 6 bulan, dana yang diperlukan sekitar Rp 300 miliar.
    Oleh karena itu sangat dibutuhkan trobosan-trobosan terbaru untuk saat ini agar produksi kedelai dalam negeri kita semakin meningkat dan berkualitas serta kehidupan para petani kedelai akan lebih layak, salah satu upanya menurut saya apa salahnya kita memakai produk penemuan anak bangsa seperti yang diberitakan Beberapa harian nasional beberapa hari ini rajin melaporkan tentang penemuan fenomenal di dunia pertanian oleh Umar Hasan Saputra, seorang alumni IPB. Umar berhasil menemukan nutrisi khusus pengganti pupuk yang telah terbukti mampu meningkatkan hasil produksi pertanian secara signifikan (yang dinamakan Nutrisi Saputra). Pak Ciputra yang melihat presentasi Umar tersebut bahkan menyebutkan sebagai pencapaian yang melebihi pencapaian Einstein dan berpotensi merevolusi dunia pertanian. Namun sebelum menghargai hasil karya Umar, ada baiknyakita menghargai perjuangan serba sulit yang dilakoninya terlebih dahulu. Seperti yang bisa dibaca di harian Jawa Pos hari ini,Umar sempat ditertawakan rekan-rekannya, gagal dan berpindah laboratorium berkali-kali, harus merogoh kocek sendiri untuk mendanai penelitiannya,hampir putus asa, dan sempat terpaksa berhutang Rp. 500.000,- untuk membeli susu anaknya karena kehabisan uang. Apa yang membuatnya maju terus adalah keyakinan dalam dirinya dankeinginan yang mendalam untuk menyumbangkan sesuatu buat umat manusia.
    Inilah saatnnya untuk percaya diri dengan produk dan program anak bangsa, karena kedelai adalah hasil pertanian yang melibatkan kelangsungan hidup orang banyak.

    BalasHapus
  14. Terimakasih kawan2....semua komentar & inputnya berkualitas, sayang belum ada yang terlibat diskusi bersama yang saling membahas, memunculkan argumen dan data baru yg berbeda. Penggunaan teori masih minimalis dan pembahasan berbasis data masih lemah serta perspektif penduduk belum muncul dalam diskusi ini

    BalasHapus
  15. Yulfira Putri Pratama7 Oktober 2013 pukul 17.16

    Seperti yang sudah dikatakan teman-teman semua persoalan terbesar negara kita yang notabennya adalah negara agraris dengan tanah yang subur, tetapi pada kenyataannya, kebanyakan hasil pertanian itu di impor, untuk apa kita punya petani kedelai kalau kedelai di impor dari negara lain. Mengutip yang dikatakan RQ ABADI “Dahulu, jika ada orang yang berbelanja di Mall atau Supermarket dianggap tidak mencintai produk dalam negeri atau tidak nasionalisme. Sekarang, apa bedanya jika kita belanja di Mall dengan Pasar Tradisonal? Toh barang dijual semuanya saat ini sama-sama barang Impor? Beli Tempe di pasar tradisional impor, beli daging impor, beras impor. Dimana juga nasionalime kita semua sebagai bangsa yang berdaulat?” ini semua karena kurang kompaknya antara pemerintahan dan para petani, para petani ini sepertinya kurang di perhatikan dan malah dikesampingkan, harga kedelai yang dibeli dari petani sendiri justru lebih mahal dari pada kedelai impor, sedangkan kedelai sendiri menjadi konsumsi yang banyak diminati oleh masyarakat tidak cukup dipenuhi oleh petani kita, ini yang menyebabkan terjadinya impor kedelai dari negara lain. Jika pemerintah setidaknya lebih memperhatikan petani dengan memberikan subsidi pupuk untuk pengolahan lahan maka petani kita juga dapat mengahsilkan kedeelai yang bermutu.

    BalasHapus
  16. Masdiana (357140)
    Menurut saya banyak faktor yang menyebabkan tejadinya kelangkaan pangan salah satunya pertambahan jumlah penduduk di indonesia yang tinggi sehingga hasil pangan yang dihasilkan tidak mencukupi dan lahan pertanian yang semakin berkurang karena adanya pemukiman-pemukiman di lahan subur. Dan banyak masyarakat yang tidak ingin menjadi petani karena melihat kehidupan petani rata-rata dibawah garis kemiskinan. Dan juga persoalan lahan misalnya Kini lahan pertanian kita setiap tahun makin menyempitan. Menurut data Kementerian Pertanian, saat ini konversi lahan pertanian mencapai 140 ribu hektar per tahun untuk berbagai kepentingan. Pada Undang-Undang Pokok Agraria menjadikan sedikit demi sedikit menggeser kehidupan para petani. Petani kecil harus bersaing dengan pengusaha-pengusaha besar untuk memperebutkan lahan pertanian. Alih fungsi lahan pertanian ini terutama adalah untuk pembangunan infrastruktur, perkebunan skala besar, pariwisata dan perumahan. Selain berdampak pada berkurangnya produksi pangan, alih fungsi lahan pertanian ini juga berdampak pada hilangnya sumber penghidupan petani, meningkatnya konflik agraria, kriminalisasi dan pelanggaran HAM/HAP terhadap petani. Tetapi, masalah-masalah inilah yang justru sulit diatasi oleh pemerintah. Dan ini merupakan ketidakmampuan pemerintah menjamin swasembada pangan khususnya para petani indonesia. Kerja keras petani untuk memastikan ketahanan pangan negara tidak terbayarkan karena banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada mereka.
    Untuk mengatasi permasalahan di atas Pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah perlu menetapkan sejumlah aturan dalam pemanfaatan lahan yang ada. Pihak terkait perlu menyempurnakan sistem dan aturan jual beli lahan serta penguasaan lahan yang ada guna mendukung upaya ke arah mempertahankan keberadaan lahan pertanian. Dan sebenarnya sejumlah perundang-undangan telah dibuat dan berbagai peraturan sudah diciptakan, namun semuanya seakan-akan mandul dalam pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Perlunya pemerintah bersikap tegas dalam menerapkan undang-undang yang berlaku tentang pentingnya pemanfaatan lahan pertanian. Dan Pemberian subsidi kepada para petani yang dapat meningkatkan kualitas lahan yang mereka miliki, serta penerapan pajak yang menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan pertanian, pengembangan prasarana yang ada lebih diarahkan untuk mendukung pengembangan kegiatan pertanian.

    BalasHapus
  17. Yunita Utami Ningsih (357475)

    Sebuah masalah yang besar sedang dihadapi bangsa ini sekarang yang dahulunya disebut negeri agraris sekarang hanyalah sebuah isapan jempol semata, betapa tidak ironi yang terjadi belakangan ini adalah sebuah Negara yang mempunyai tanah yang subur yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri kini malah tergantung pada impor dari Negara lain.
    Kurangnya kerjasama antara pemerintah dan para petani adalah faktor utama dimana pemanfaaatan lahan pertanian yang kurang maksimal serta pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan public adalah faktor utama yang menjadi timbulnya krisis pangan.
    Kedelai adalah salah satu contoh bahan pangan yang saat ini sedang meelonjak harganya , kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu dan tempe merupakan makanan primadona dikalangan rakyat kecil, dan kini dengan pelonjakan harga kedelai yang sangat tinggi membuat tahu dan tempe bagaikan barang mewah dikalangan rakyat kecil.

    BalasHapus
  18. Mengingat judul artikel di atas mengenai ironi di negeri tempe itu berarti memperlihatkan kita pada tragedi yang sangat memprihatinkan khususnya bagi Negara kita di mana Negara kita adalah Negara agraris tetapi pada kenyataannya kita di hadapi pada bahan pangan yang selaalu mengimport dari Negara-Negara lain kerutama kedelai. Kedelai yang dahulunya menjadi andalan bangsa kita kini menjadi berketergantungan pada Negara lain karena bangsa kita sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negri atau lokal. Saya setuju dengan pendapat saudara nandar dan dedi bahwa hampir 70% kebutuhan kedelai kita di import oleh Negara lain. Tragedi ini sangatlah memprihatinkan dan ironis mengingat bahwa Negara kita adalah swasembada kedelai kini menjadi Negara pengimpor karena tidak mampu memenuhi kebutuhan lokal. Sosusi yang harus di lakukan pemerintah yaitu pemerintah harus benar-benar giat dan serius dalam menangani kasus ini khususnya di sector pernanian agar Indonesia mampu mengurangi impor kedelai dan bahan pangan lainnya menjadi swasembeda , memberikan lahan , modal dan perlindungan bagi para petani agar petani bisa menghasilkan hasil produksi yang optimal agar tidak ada lagi kedelai import yang masuk ke Indonesia dan para petani dapat memenuhi kebutuhan dalam negri dan lokal

    BalasHapus
  19. Ifan Deffinika 13/357064/PMU/7995
    Sangat ironis memang, Indonesia merupakan negara agraris namun sektor pertaniannya terpuruk, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri pun harus mengimpor komoditas pertanian. Menurut saya, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakan reforma agraria. dalam persepsi saya, reforma agraria mampu menciptakan lapangan kerja di bidang pertanian sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertimbangan kebijakan ini dengan melihat kondisi Indonesia yang hampir sebagian besar penduduknya bekerja disektor agraris namun memiliki pengangguran yang tinggi terjadi di pedesaan sehingga diperlukan penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan berbasis sektor agraris. Pemerintah Indonesia mulai melakukan legalisasi aset tanah masyarakat dan tanah negaradan menggalakan program “Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010”. Selama ini, Indonesia masih menggantungkan kebutuhan pangan dari impor, baik dari komoditas beras, kedelai, jagung, gula, dan daging. Kebijakan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kedelai adalah dengan melakukan ekspor kedelai secara besar-besaran dan menghapuskan pajak masuk kedelai sebesar 10% yang dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga kedelai. Saya rasa kebijakan ini hanya mampu menangani permasalahan dalam jangka pendek dan tidak menguntungkan petani lokal. Swasembada pangan tidak akan tercapai apabila tidak diikuti dengan penyediaan lahan pertanian. Saat lahan pertanian dialokasikan untuk kepentingan non pertanian, maka jumlah petani miskin akan semakin bertambah sehingga perlu kebijakan yang berorientasi pada pertanian. Terbatasnya kepemilikan lahan dan tingkat produktivitas pertanian menyebabkan tingginya kemiskinan di pedesaan, sehingga perlu solusi dan penerapan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pengembangan lahan pertanian dapat dilakukan dengan mengurus tanah-tanah terlantar dan tanah yang berasal dari kawasan hutan yang tidak produktif dan tidak mengganggu keseimbangan alam. Hal lain yang dapat dilakukan untuk memajukan pembangunan disektor agraris adalah dengan mengikutsertakan teknologi seperti agroindustri dan industri padat karya lainnya. Selain itu, peningkatan skill petani dan penggunaan teknologi juga diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian sehingga dapat tercapai ketahanan pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan melalui ekonomi berbasis pertanian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menmbahkan saja, perlunya implementasi terhadap undang-undang yang mendukung terciptanya produktivitas pertanian. Seperti penetapan undang-undang pokok agraria menurut saya seharusnya dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan undang-undang lainnya sehingga tidak akna terjadi tumpang tindih kepentingan yang akan mengakibatkan dampak negatif bagi sektor pertanian.

      Hapus
    2. Yap...UUPA sebetulnya lahir sbg undang-udang pokok atau UU payung yg dijadikan acuan uu yang mengatur tentang sumberdaya alam dan sumberdaya agraria, tetapi kenyataannya kan tidak begitu. Setelah terjadi tumpang tindih seperti yg tjd saat ini....gagasan apa yg memungkinkan untuk bisa memperbaiki kondisi pangan di indonesia?

      Hapus
  20. Masdiana (357140)
    Menurut saya karena melihat semakin sempitnya lahan pertanian di indonesia karena ada nya alih fungsi lahan salah satu cara meningkatkan produktivitas dengan menerapkan teknologi budidaya produktivitas tinggi dengan memberikan subsidi teknologi kepada petani seperti teknologi pupuk. Dan untuk lahan pertanian dengan memberikan mikroba penyubur dan nutrisi untuk mengembalikan keseimbangan alami yang membangun kesuburan tanah. Karena banyaknya permukiman penduduk itu menghasilkan limbah cair yang merusak kesuburan tanah. Dan ini perlu adanya kerja sama antara petani, pemerintah dan pakar-pakar teknologi pertanian.

    BalasHapus
  21. Hello Am Mrs, Morgan debra Am pemberi pinjaman pinjaman yang sah dan dapat diandalkan memberikan pinjaman
    pada syarat dan ketentuan yang jelas dan dimengerti pada tingkat bunga 2%. dari
    $ 12.000 untuk $ 7.000.000 USD, Euro dan Pounds Hanya. Saya memberikan Kredit Usaha,
    Pinjaman Pribadi, Pinjaman Mahasiswa, Kredit Mobil Dan Pinjaman Untuk Bayar Off Bills. jika kamu
    membutuhkan pinjaman apa yang harus Anda lakukan adalah bagi Anda untuk menghubungi saya secara langsung
    di: morgandebra1986@gmail.com
    Tuhan Memberkatimu.
    Salam,
    Mrs Morgan debra
    Email: morgandebra1986@gmail.com


    Catatan: Semua balasan harus kirim ke: morgandebra1986@gmail.com

    BalasHapus
  22. Halo, nama saya Mia Aris.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800.000.000 (800 JUTA ) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah i diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com.
    Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.

    BalasHapus
  23. Dapatkan pinjaman hari @ 2% bunga dan menghidupkan kembali bisnis Anda tanpa mengganggu, kami menawarkan $ 3,000.00 ke $ 20,000.000.00, email kami sekarang untuk informasi lebih lanjut tentang pinjaman yang Anda butuhkan. silahkan hubungi kami di: anitacharlesqualityloanfirm@gmail.com bersama-sama dengan informasi di bawah.
    {Lengkapi formulir di bawah pinjaman}
    Nama Anda: ===========
    COUNTRY: ===========
    NEGARA ===========
    ALAMAT: ===========
    GENDER: ===========
    JUMLAH DIPERLUKAN: ===========
    PERIODE: ===========
    NOMOR TELEPON: =========== =============
    akun yang lebih baik dari perusahaan yang sah.
    Hubungi kami di email ini: anitacharlesqualityloanfirm@mail.com
    Ibu Anita

    BalasHapus